Lelaki yang selalu salat Jumat di masjid perumahan itu menganggap traktor bisa menyebabkan tanah menjadi kurang subur karena tumpahan solar atau bensin, polusi asap, dan suara. Ketiga hal itu dinilainya mengganggu kelestarian alam.Â
Lagi pula penggunaan traktor menyebabkan anak-anak di desa lambat laun tidak akrab lagi dengan kata luku, singkal, dan kajen yang berhubungan dengan membajak sawah.Â
Luku mengacu pada alat membajak, singkal merupakan bagian yang dipergunakan untuk membalik tanah, sedangkan kajen merupakan mata singkal, terbuat dari plat besi/baja.
Jiwa petaninya begitu mendarah daging, beberapa petak sawah dan beberapa ekor sapi, merupakan bukti kecintaannya dalam menghayati pekerjaan sebagai petani sekaligus peternak.Â
Di samping itu Pak Mardjoko memiliki gerobak sapi, dimanfaatkan  mengangkut kacang atau padi saat panen tiba. Sesekali gerobak sapinya digunakan Omah Kecebong untuk mengantarkan wisatawan keliling desa seputar Cebongan, Sleman, dengan menikmati sensasi naik gerobak sapi.Â
Gerobak sapi diberi bangku kayu panjang, Â dapat memuat enam sampai sepuluh orang berkeliling desa seputar cebongan. Dari sini ia mendapatkan uang tambahan.
Ada tujuh sampai sepuluh ekor sapi di kandang belakang rumah Pak Mardjoko. Sapi-sapi itu menjadi urusan Mas Bibit: dari memberi makan, memandikan, sampai memberi jamu. Dua hari sekali sapi dimandikan di parit kecil di samping perumahan.Â
Sapi diberi jamu sehari sebelum diajak perjalanan jauh atau mengangkat hasil panen yang cukup banyak. Jamu yang diberikan Mas Bibit berupa dua butir telur bebek mentah dicampur madu, dimasukan kedalam potongan bambu (bumbung) dan digelontorkan ke mulut sapi.
"Kajengipun sapi kiyat lan sehat Mas. Mboten menggeh-menggeh menawi diajak dumugi Prambanan-Diberi jamu agar sapi kuat dan sehat. Tidak terseok-seok saat diajak sampai Prambanan," jelas Mas Bibit.
Pada musim penghujan, Pak Mardjoko berternak bebek. Tidak tanggung-tanggung, ia memelihara tiga puluh sampai lima puluh ekor bebek yang di-angon mencari makan  ke sawah setiap pagi dan sore, melahap siput, keong, dan sejenisnya.Â
Kegiatan ini dilakukan secara bergantian dengan istri, Â anak dan menantunya, Mas Bibit serta Mbak Wanti. Jika Pak Mardjoko tandur, maka Mas Bibit beserta istrinya ngurusi ternak. Mbak Wanti menggiring bebek ke sawah. Sementara Mas Bibit mengurusi sapi.Â