Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Hanya Untukmu: Puisi Panjang di Antara Ruang Gelap

2 Desember 2023   13:51 Diperbarui: 2 Desember 2023   15:03 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perkawinan puisi dan foto/Foto: Hdrmard

Meskipun buku ini diawali dengan foto sosok dan puisi mengenai seorang ibu, tetapi "jejak" semiotik menujukkan bahwa buku Hanya Untukmu lebih dipersembahkan kepada Reza. 

Penanda "pembenaran" terhadap dugaan ini adalah (1) Reza merupakan sosok "istimewa" sehingga Sulis Bambang sempat membuat buku Dongeng untuk Reza, (2) sampul belakang buku Hanya Untukmu berisi foto dan cerita mengenai Reza-pada umumnya sampul belakang sebuah buku berfungsi menjelaskan isi buku. berisi endorsement sebagai daya pukau dan daya pikat sebuah buku.

Jadi, meskipun buku antologi puisi ini dipersembahkan kepada pembaca (siapa pun), tetapi secara implisit diterbitkan sebagai persembahan untuk Reza disertai pesan mendalam:

Pada tanah yang kita pijak ini, kebaikan sering dipangkas secara paksa oleh kebencian, sering pula tercerabut oleh dengki, dan kerap terbunuh secara diam diam oleh kekerdilan berpikir orang-orang di sekitar kita: kebaikan sudah seperti anak haram kehidupan, dinista oleh fitnah, ditikam oleh pragmatisme. Sendirian, kebaikan itu berjuang nyaris tanpa teman.

Lagi-lagi aku membuka buku Hanya Untukmu, ada perasaan tak menentu saat membolak-balik buku itu, meski tanpa alasan jelas. Ada kegelisahan kalau-kalau pembaca tidak bisa berkonsentrasi dalam membaca puisi panjang karena puisi dan foto seakan berebut ruang dalam setiap lembar halamannya. 

Perjalanan ulang-alik antara teks puisi dan foto, terkadang (dengan terpaksa) "menjebak" pembaca "mengkhianati" salah satu dari keduanya. Foto objek tertentu dengan komposisi, pencahayaan, warna, dan sudut pengambilan gambar yang unik, tanpa sadar membius pembaca dalam memandangi foto, berlama-lama terpaku dan terpukau sehingga melupakan isi puisi. 

"Pengkhianatan" terjadi karena buku dicetak full color, sehingga beberapa foto memiliki kesanggupan menarik perhatian pembaca dibandingkan dengan puisi yang mendampinginya.

Setidaknya foto tersebut  hadir sebagai representasi/personifikasi pemotretnya, memiliki konsep estetika, hadir sebagai luapan ekspresi artistik sang fotografer-menjelma sebagai foto seni (fine art), bukan sekadar foto dokumentasi. 

Estetika foto-foto itu mampu merebut perhatian pembaca sehingga terjadi pengkhianatan terhadap puisi karena pembaca "terbius" dalam keindahan foto yang dihasilkan berdasarkan pengalaman empirik dan teknis pemotretan memadai (memperhatikan komposisi, pencahayaan, dan sudut pengambilan gambar). Foto foto tersebut memiliki daya gugah yang menghanyutkan perhatian pembaca.

Situasinya mungkin akan berbeda jika buku Hanya Untukmu diterbitkan tidak full color, foto yang dihadirkan cukup hitam putih (BW) agar mampu menetralisir perhatian pembaca karena foto dan puisi tidak saling berebut ruang. 

Kehadiran foto hitam putih tidak akan mengganggu penyampaian informasi (dalam konteks ini teks puisi) karena kekuatan foto tidak terletak pada keindahan warna, melainkan pada kontras pencahayaan dengan mengedepankan detail objek pemotretan. 

Menurut seorang pengamat fotografi, foto hitam putih merupakan foto polos, memaksa penikmat lebih memperhatikan bentuk dibandingkan warna, ia mampu menyampaikan kesan murni serta emosi yang sangat kuat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun