Wanita kelahiran tahun 1985 ini selalu menyisihkan penghasilan untuk modal membuat serabi esok hari dan menghidupi ketiga orang anaknya, nyangoni mereka sekolah. Jika dagangannya tidak habis, ia akan berbagi dengan tetangga dan anak-anaknya.
Sulami  tak boleh berhenti menempuh perjalanan dari kampung Seso ke pertigaan Jalan Rajawali berjarak enam kilometer pulang- pergi untuk menggelar dagangan serabi ndeso.
"Lik, iki jatahmu," ujar Sulami sambil memberikan selembar uang lima ribuan kepada lelaki yang menungguinya di emper toko.
Lelaki itu kemudian membereskan tungku, meja, dan kursi ke tempat  agak tersembunyi.
Hem, perjalanan kali ini mempertemukan saya dengan dua perempuan perkasa sebagai tulang punggung keluarga. Mbak Tri sudah lima belas tahun mengulek bumbu lontong tahu, dan Sulami yang bertahan hidup bersama ketiga anaknya dengan berjualan serabi ndeso seharga dua ribu rupiah per bungkus.Â
Keduanya sama-sama menghayati pekerjaan mereka dengan sungguh-sungguh. Nrima ing pandum. Bagi Sulami, Â ana sethithik dipangan sethithik...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H