Lewat penelitian ilmiah mengenai Serat Darma Duhita (disusun pada masa Sri Susuhunan Paku Buwana IX, 1861-1893), Mukhammad Nur Rokhim, dkk menjelaskan bahwa karya tersebut merupakan serat piwulang putri, dikhususkan bagi putri raja yang sudah menikah, bertujuan menciptakan kerukunan dan keharmonisan dalam keluarga.Â
Pesan moral tersebut disampaikan menggunakan metafora lima jari. Misalnya saja keberadaan ibu jari  merupakan  kiasan, lambang kepasrahan, kesabaran, dan ketenteraman batin- sebuah metatesis kata jejempol yang berubah menjadi pol atau kayem pol - totalitas. Â
Contoh lain adalah jari tengah  (penunggul), merupakan sebuah perintah senantiasa mengunggulkan pekerjaan. Selain itu, mengutamakan atau menghargai pemberian suami, sekalipun apa yang diberikan tidak sesuai harapan. Pada bagian ini, pengarang memanfaatkan sifat jari tengah yang lebih panjang daripada jari-jari lainnya.Â
Simpulannya: jari-jemari melambangkan lima sikap dalam mewujudkan perilaku yang harus dijalani atau ditinggalkan dalam kehidupan (membangun rumah tangga). Konsep ini merupakaan bagian dari upaya membentuk pemahaman  holistik bahwa lima jari (lima ajaran): kesabaran dan totalitas (jempol), tidak berlebihan dalam memerintah (telunjuk), mengunggulkan pekerjaan (tengah), selalu berbuat baik (manis), cekatan dalam membangun kehidupan (kelingking); semua merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan- kelima jari tangan memiliki makna keseimbangan dan kerukunan satu dengan lainnya.
Sejalan dengan pemikiran itu, dalam budaya Jawa, jari-jari mampu menggambarkan  sopan santun. Jika ingin mempersilahkan, digunakan ibu jari, jangan sesekali menggunakan jari telunjuk karena itu dianggap menghina, tidak sopan, bisa menimbulkan perselisihan.
Tak salah jika Pepeng, presenter kuis Jari-jari (muncul pada  tahun 1992) dalam suatu wawancara mengatakan bahwa melalui kuis Jari-jari ia ingin memberi edukasi kepada pemirsa televisi dengan cara mengasah pengetahuan umum mereka. Lewat sambungan telepon, Pepeng menguji kemampuan peserta mengenai pengetahuan umum. Setiap mengawali acara dan pertanyaan, Pepeng selalu  mengucapkan kata: Jari-jari....
Nah, menjelang Pemilu, Menpan- RB, Menteri Dalam Negeri, Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) Ketua Komisi ASN, dan Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum; mengedukasi sekaligus menguji netralitas ASN dan abdi negara lewat jari-jari. Semoga ASN yang suka berfoto tak mati gaya dengan jari-jari mereka.