Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Buah Simalakama K-Rewards

9 November 2023   15:27 Diperbarui: 10 November 2023   04:56 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nrima ing pandum/Foto: Hermard


"Kalau mau nulis di Kompasiana tak usah ngayawara. Yang penting nulis saja. Jangan berharap lainnya."

Begitulah warning yang diberikan oleh Ibu Negara Omah Ampiran jauh hari sebelum saya meyakinkan diri berselancar di  Beyond Blogging Kompasiana-platform blog dan publikasi online yang dikembangkan oleh Kompas Cyber Media. 

Saya pun lalu mantek aji, membaca mantera, berdoa semoga bisa memakai kacamata kuda: nulis ya menulis sajalah, aja ngaya, nikmati saja prosesnya. 

Dalam perjalanan berikutnya saya baru paham ternyata ada klasifikasi tulisan: pilihan, artikel utama, atau tanpa label keduanya. Ada kepuasaan saat admin Kompasiana menentukan tulisan sebagai artikel pilihan, terlebih jika kemudian menjadi artikel utama. Maklum sebagai penulis pemula saya harus banyak belajar agar tulisan lebih berkualitas (meskipun hanya  dari penilaian subjektivitas diri sendiri).

Saat mendaftar pertama kali di Kompasiana, masih ada centang hijau dan centang biru sebagai tanda verifikasi akun. Ketika itu saya juga tak peduli dengan warna hijau atau biru, sing penting nulis! 

E, ternyata centang biru itu harus diraih dengan susah payah, lara lapa ketula-tula. Syaratnya juga minta ampyun: minimal harus menayangkan seratus konten dan rasio pencapaian Artikel Utama sebanyak 20% dari konten yang sudah ditayangkan. Wah, bel geduwel beh dah!

Terbayanglah bahwa nantinya saya baru menerima K-Rewards setelah ada sematan centang biru. Bukankah centang biru merupakan kawah candradimuka bagi para kompasianer? Artinya, seseorang baru bisa menang sayembara setelah melalui ujian berat. 

Setidaknya kita mengingat bagaimana Raja Mandura Prabu Kuntiboja menggelar sayembara memperebutkan putrinya, Dewi Kunti  (Prita). Lomba itu terbuka untuk umum, siapa yang unggul dalam adu kesaktian di gelanggang perang, berhak memboyong sang putri kedhaton. 

Setelah adu kesaktian berlangsung sekitar satu pekan, muncullah Narasoma, kesatria dari Mandaraka, sebagai pemenang. Tidak seorang pun mampu menghadapi kedigdayaan putra Prabu Mandrapati itu. 

Meskipun Narasoma sudah dinyatakan sebagai pemenang dan sayembara ditutup, tetapi sebagai kesatria, ia meladeni Pandu, kesatria dari Astina, yang datang terlambat mengikuti sayembara. Kesaktian Narasoma tidak mampu menandingi kesaktian Pandu dan ia pun menyerahkan Dewi Kunti kepada kesatria Astina.

Begitulah, hadiah baru diberikan setelah menghadapi ujian yang berat. Bayangan saya (dalam konteks Kompasiana) ternyata salah besar, karena kompasianer tidak perlu mengikuti sayembara centang biru, tidak perlu artikelnya memiliki label pilihan atau artikel utama untuk mendapatkan K-Rewards. 

Cukuplah ia menjadi "mesin" penulis atau memiliki tim ghost writer (kalau mau bersekongkol), atau menurut Mas Yose Revala mempunyai kecerdasan mengoptimalkan kata kunci dalam artikel (SEO) dan membuat judul "clickbait", supaya artikel tersebut bisa berada di halaman awal mesin pencari, mendapat banyak klik.

"Setelah saya amati sekilas, secara umum, sebenarnya tak ada yang istimewa dari materi tulisannya (mengacu pada salah seorang kompasianer penerima K-Rewards terbesar bulan Oktober, sayangnya akunnya langsung diblokir admin Kompasiana), selain kuantitas yang luar biasa. Terlalu banyak informasi berupa data umum yang disampaikan. Jadi, wajar kalau dari 200 lebih tulisan itu, admin Kompasiana tak memberi satupun label pilihan, apalagi artikel utama," tulis Yose Revala (K-Rewards dalam Sebuah Refleksi).

Artinya bahwa mau centang biru, tulisan menjadi artikel pilihan, atau artikel utama, itu bukan merupakan tolok ukur mendapatkan K-Rewards. Di sini  kita sepakat saja dengan gagasan Engkong Felix bahwa K-Rewards tidak sesuai dengan Sila ke-5 Pancasila. Hanya mengganjar  artikel dengan UV tertinggi menurut Google Analytics, bukan berdasar kualitas artikel. 

Meskipun begitu, lanjut Engkong Felix, harus diingat Kompasiana itu hidup dari views. Semakin besar views, semakin besar iklan dan mitra masuk, semakin besar pendapatan, semakin terjamin gaji Admin, semakin langgeng Kompasiana.

Kembali kepada warning Ibu Negara Omah Ampiran, maka saya tidak akan sejlimet Mas Eko Nurhuda (K-Rewards itu Memang Misteri, Jadi Nikmati Sajalah) yang menghitung dan membandingkan jumlah tulisan, view, dan K-Rewards yang akan didapatkan. Bagi saya, ini seperti buah simalakama yang bisa mencelakakan, kita berada dalam situasi yang sulit, serba salah. 

Mengumpulkan huruf demi huruf/Foto: Hermard
Mengumpulkan huruf demi huruf/Foto: Hermard
Dari pada begitu,  lebih baik saya mengajak Mas Eko Nurhuda berteduh di bawah pohon simalakama -- merupakan tanaman perdu- sambil memetik buahnya. Bukankah ia berkhasiat menghilangkan racun dalam tubuh, meningkatkan sistem kekebalan tubuh,  dan mengurangi kadar risiko penyakit jantung koroner?

Mari tetap terus menulis di Kompasiana. Dapat K-Rewards ya syukur, tidak pun ya ndak apa-apa. Toh urip kuwi kudu nrima ing pandum.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun