"Kalau mau nulis di Kompasiana tak usah ngayawara. Yang penting nulis saja. Jangan berharap lainnya."
Begitulah warning yang diberikan oleh Ibu Negara Omah Ampiran jauh hari sebelum saya meyakinkan diri berselancar di  Beyond Blogging Kompasiana-platform blog dan publikasi online yang dikembangkan oleh Kompas Cyber Media.Â
Saya pun lalu mantek aji, membaca mantera, berdoa semoga bisa memakai kacamata kuda: nulis ya menulis sajalah, aja ngaya, nikmati saja prosesnya.Â
Dalam perjalanan berikutnya saya baru paham ternyata ada klasifikasi tulisan: pilihan, artikel utama, atau tanpa label keduanya. Ada kepuasaan saat admin Kompasiana menentukan tulisan sebagai artikel pilihan, terlebih jika kemudian menjadi artikel utama. Maklum sebagai penulis pemula saya harus banyak belajar agar tulisan lebih berkualitas (meskipun hanya  dari penilaian subjektivitas diri sendiri).
Saat mendaftar pertama kali di Kompasiana, masih ada centang hijau dan centang biru sebagai tanda verifikasi akun. Ketika itu saya juga tak peduli dengan warna hijau atau biru, sing penting nulis!Â
E, ternyata centang biru itu harus diraih dengan susah payah, lara lapa ketula-tula. Syaratnya juga minta ampyun: minimal harus menayangkan seratus konten dan rasio pencapaian Artikel Utama sebanyak 20% dari konten yang sudah ditayangkan. Wah, bel geduwel beh dah!
Terbayanglah bahwa nantinya saya baru menerima K-Rewards setelah ada sematan centang biru. Bukankah centang biru merupakan kawah candradimuka bagi para kompasianer? Artinya, seseorang baru bisa menang sayembara setelah melalui ujian berat.Â
Setidaknya kita mengingat bagaimana Raja Mandura Prabu Kuntiboja menggelar sayembara memperebutkan putrinya, Dewi Kunti  (Prita). Lomba itu terbuka untuk umum, siapa yang unggul dalam adu kesaktian di gelanggang perang, berhak memboyong sang putri kedhaton.Â
Setelah adu kesaktian berlangsung sekitar satu pekan, muncullah Narasoma, kesatria dari Mandaraka, sebagai pemenang. Tidak seorang pun mampu menghadapi kedigdayaan putra Prabu Mandrapati itu.Â
Meskipun Narasoma sudah dinyatakan sebagai pemenang dan sayembara ditutup, tetapi sebagai kesatria, ia meladeni Pandu, kesatria dari Astina, yang datang terlambat mengikuti sayembara. Kesaktian Narasoma tidak mampu menandingi kesaktian Pandu dan ia pun menyerahkan Dewi Kunti kepada kesatria Astina.
Begitulah, hadiah baru diberikan setelah menghadapi ujian yang berat. Bayangan saya (dalam konteks Kompasiana) ternyata salah besar, karena kompasianer tidak perlu mengikuti sayembara centang biru, tidak perlu artikelnya memiliki label pilihan atau artikel utama untuk mendapatkan K-Rewards.Â