Untuk menguatkan bahwa pertunjukan merupakan pembacaan prosa, maka baik pencerita, tokoh Ningsih, dan Karim, tetap memegang buku dan (seolah-olah) mereka membaca. Di samping itu, perpindahan pemain sangat minimalis.Â
Keberhasilan pertunjukan kali ini didukung oleh para pemain dengan karakter masing-masing yang begitu kuat, tanpa cela, dan iringan musik yang mampu membangun suasana kesedihan, hiruk pikuk, dan perasaan nglangut yang mendalam.
"Saya datang menonton karena ingin merefresh ingatan terhadap novel Perburuan. Di samping itu karena ini diadaptasi dan disutradarai Mas Landung Simatupang. Selebihnya didukung aktor muda berbakat," jelas Kris Budiman, penulis dan dosen Sekolah Pascasarjana UGM, sebelum pertunjukan dimulai.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI