Untuk menguatkan bahwa pertunjukan merupakan pembacaan prosa, maka baik pencerita, tokoh Ningsih, dan Karim, tetap memegang buku dan (seolah-olah) mereka membaca. Di samping itu, perpindahan pemain sangat minimalis.Â
Keberhasilan pertunjukan kali ini didukung oleh para pemain dengan karakter masing-masing yang begitu kuat, tanpa cela, dan iringan musik yang mampu membangun suasana kesedihan, hiruk pikuk, dan perasaan nglangut yang mendalam.
"Saya datang menonton karena ingin merefresh ingatan terhadap novel Perburuan. Di samping itu karena ini diadaptasi dan disutradarai Mas Landung Simatupang. Selebihnya didukung aktor muda berbakat," jelas Kris Budiman, penulis dan dosen Sekolah Pascasarjana UGM, sebelum pertunjukan dimulai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H