Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ahmad Tohari: antara Falsafah Jawa dan Wong Cilik

17 September 2023   17:52 Diperbarui: 18 September 2023   21:29 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cetakan kesebelas (2019)/Foto: Hermard

Hal itu muncul dalam bentuk deskripsi, pikiran-pikiran, dan perilaku tokoh cerita. Elemen yang dominan adalah elemen tekstual berkaitan dengan sistem sosial dan kebudayaan tertentu (baca: Jawa). Ini terjadi karena (1) cerpen-cerpen Ahmad Tohari lebih terkesan sebagai "dongeng" sehingga ia tidak terlalu mempersoalkan ruang dan waktu; serta (2) Ahmad Tohari lahir dalam budaya Jawa sehingga dalam proses kreatifnya ia secara total mengejawantahkan konsep atau pandangan hidup budaya Jawa. 

Sebagai pengarang berlatar Jawa-dengan pemahaman dan penghayatan sebagai bagian dari kesadaraan pelaku budaya-maka keterpengaruhan (kejawaan) itu terasa wajar dan alami.

Aspek referensial (konteks sosial) yang ditampilkan Ahmad Tohari dalam beberapa cerpennya berkisar pada konsep pandangan hidup orang Jawa, bermuara pada konsep pasrah, nrima, eling lan waspada, ojo dumeh, dsb. 

Sikap hidup orang Jawa umumnya tercermin dalam alam kebatinan orang Jawa yang pada dasarnya ingin mencapai suatu harmoni (keseimbangan hidup). Sikap nrima, misalnya, adalah sikap merasa puas dengan segala nasib dan kewajiban. Sikap nrima (Magnis Suseno) menuntut kekuatan untuk menerima segala sesuatu tanpa harus membiarkan diri dihancurkan oleh sesuatu. 

Di samping itu, orang Jawa diharapkan bersikap sederhana (prasaja), menganggap diri lebih rendah dari orang lain (andap asor), dan sadar akan batas-batas serta situasi dalam bergerak atau berbuat (tepa slira). Sikap sabar menunjukkan ketiadaan hasrat, ketiadaan ketaksabaran, dan ketiadaan nafsu yang bergolak (Clifford Geertz). Sikap sabar berkaitan dengan sikap rila dan nrima: orang yang rila dan nrima akan menjadi sabar dan bijaksana karena pengalaman.

Cerpen "Senyum Karyamin" mengedepankan upaya pencapaian harmoni kehidupan tokoh-tokoh cerita dengan berpegang pada konsep nrima, tercermin melalui sikap dan pandangan tokoh Karyamin-pasrah menghadapi realitas kehidupan.

Sikap pasrah Karyamin dan beberapa tokoh lainnya lahir dari kepahitan hidup yang harus mereka jalani setiap hari; misalnya tentang tengkulak-tengkulak yang melarikan tumpukan batu, tentang tunggakan utang kepada penjual nasi pecel dan bank harian, serta tentang "nomor buntut" yang selalu gagal mereka peroleh.

Konsep nrima tersebut sangat masuk akal dikedepankan Ahmad Tohari karena latar tempat terjadinya peristiwa adalah di sebuah desa (gerumbul). Desa (bagi kebanyakan orang Jawa) merupakan cermin kehidupan yang bersahaja dan menunjuk pada realitas kemiskinan, dan ini identik dengan watak tokoh Karyamin yang tidak berkembang. 

Secara eksplisit hal ini mendukung permasalahan cerita mengenai kehidupan masyarakat desa yang "terperangkap" atau "diperangkap" oleh konsep hidup nrima yang berkorelasi dengan situasi kemiskinan. 

Sikap nrima dalam "Senyum Karyamin" tampak dalam kehadiran Karyamin dan tokoh-tokoh lainnya yang tidak memperlihatkan sikap menentang atau memberontak terhadap nasib dan kepahitan hidup; tokoh-tokoh cerita secara sadar mengikuti garis takdir mereka. Ada semacam "kepuasan" tokoh-tokoh cerita dalam menjalani dunia mereka --"kepuasan" tersebut ditunjukkan melalui sikap tokoh-tokoh cerita yang selalu "tersenyum" dalam memasuki dan menjalani dunia mereka, dunia kemiskinan dan kemelaratan.

Berbeda dengan cerpen "Senyum Karyamin", cerpen "Kenthus" mengedepankan falsafah Jawa berkaitan dengan konsep aja dumeh. Niels Mulder menerjemahkan makna ojo dumeh sebagai 'jangan mentang-mentang'. Artinya, jangan berpikir bahwa semua hal boleh dilakukan karena individu merasa lebih unggul. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun