Tidak salah jika ada yang mengatakan bahwa kreativitas sesungguhnya dapat didefinisikan dari empat sisi, yaitu dari pribadi, pendorong, proses dan produk.Â
Dari sisi pribadi, kreativitas  merupakan suatu tindakan yang muncul dari keadaan pribadi yang unik dan khas, sebagai tanggapan terhadap lingkungannya.Â
Dari segi pendorong---kreativitas diartikan sebagai suatu inisiatif, suatu gagasan yang merupakan perwujudan dari kekuatan pikir dan imajinasi seseorang yang merangsang munculnya pola pikir, wawasan, dan tindakan-tindakan baru.Â
Dari segi proses---kreativitas merupakan bentuk berpikir  yang menghasilkan sesuatu yang baru, seperti: cara-cara yang baru dalam mendekati suatu permasalahan, hasil-hasil karya yang bercorak baru, atau unsur-unsur baru yang belum pernah  ditemukan sebelumnya.Â
Dari segi produk---kreativitas dipandang sebagai terciptanya sebuah karya baru yang menunjukkan komposisi baru dan nilai-nilai baru.
Pada titik ini, kita bisa meyakini bahwa orang kreatif selalu bersikap terbuka terhadap persoalan di sekelilingnya, bersedia menerima perubahan dan menghadapi tantangan, selalu mencari dan menemukan hal-hal baru, serta mampu menghasilkan sesuatu sebagai reaksi dan bentuk komunikasi terhadap lingkungan.
Lalu apa kaitan sastra dan kreativitas dalam konteks pembicaraan  kali ini?
Sastra dan kreativitas bagaikan dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Baik pembacaan maupun penulisan karya sastra memerlukan kreativitas.Â
Dalam pembacaan karya sastra, setidaknya dibutuhkan tiga macam kreativitas (dari tujuh macam kreativitas, seven of kinds, yang seharusnya ada dalam diri manusia), yaitu verbal/linguistis, spasial, dan kinestetis tubuh.Â
Sedangkan dalam penulisan karya sastra (puisi) diperlukan kreativitas verbal/linguistis, spasial, musikal, Â intrapersonal, dan interpersonal.
Baik pembacaan maupun penulisan karya sastra, keduanya harus melewati proses kreatif  yang terdiri atas empat tahapan, yaitu persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi.Â