Candi Kimpulan tidak memiliki bagian tubuh dan atap, hanya bagian kaki saja. Struktur bangunannya merupakan kombinasi batu dan kayu. Penutup atap diperkirakan menggunakan bahan yang mudah lapuk (bambu/kayu).Â
Tidak seperti candi Prambanan, misalnya, sebagai candi kerajaan dengan ukiran indah, candi Kimpulan hanya merupakan candi desa sederhana yang dibangun penduduk di pinggiran ibu kota kerajaan.
Meskipun didirikan oleh seorang Budha, candi ini memiliki unsur- unsur Hindu, dibuktikan dengan adanya lingga dan yoni, arca Ganesha, serta lempengan emas bertuliskan "Om Rudra ya namah swaha" sebagai bentuk pemujaan terhadap dewa Rudra (nama lain Dewa Syiwa) yang membuktikan adanya toleransi umat beragama saat itu.
Begitu banyak bangunan di kompleks ini yang masih menyisakan misteri. Â Misalnya saja bangunan luas berupa tempat perabuan di sebelah kiri gapura utama yang menyiratkan adanya kegiatan kremasi rutin.Â
Apa fungsi sesungguhnya dari bangunan ini agaknya memerlukan penelitian yang lebih mendalam, misalnya apakah tempat ini semula berfungsi sebagai semacam altar atau tempat sesajen.
Selain itu, ornamen dan relief pada dinding luar dilapisi bajralepa, sejenis semen kuno berwarna kekuningan, terbuat dari pasir kwarsa, tanah liat, dan getah beberapa tanaman. Fungsinya sebagai perekat dan pelindung untuk menjaga keutuhan ukiran serta memperindah relief dinding candi.Â
Lapisan bajralepa jarang ditemukan pada candi-candi di kawasan Prambanan selain candi Sari yang memiliki keterkaitan dengan pembangunan candi Kalasan. Candi Kalasan merupakan tempat peribadatan, sedangkan candi Sari berfungsi sebagai asrama bagi para biksu Budha.
Keberadaan kepala kala besar yang disebut banaspati (raja hutan) mungkin mengisyaratkan bahwa candi Kalasan merupakan lambang  dari hutan yang sunyi, tempat sang raja hutan berkuasa.Â