"Dalam pembacaan, kami sengaja melibatkan siswa SMA. Ini merupakan salah satu strategi agar generasi muda mencintai sastra," papar Sri Yuliati.
Zahwa Amallia, merasa senang terlibat dalam Komunitas Perempuan Bertutur karena dapat mengembangkan hobinya.
"Sejak duduk di bangku sekolah dasar saya memang suka menulis. Menulis merupakan media ekspresi di samping menggambar," ujarnya.
Anggota Komunitas Perempuan Bertutur lainnya, Ardini Pangastuti,  mengungkapkan alasannya aktif dalam dunia penulisan. Ia memaknai menulis tak sekadar merangkai aksara menjadi kata-kata, tetapi  kata-kata tersebut mempunyai makna. Artinya, menulis juga bisa menjadi terapi bagi jiwa, obat lara, pembasuh luka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!