Sebagai sebuah mahakarya, candi Borobudur menampilkan ajaran Budha tentang kehidupan manusia (Bodhicita) lewat simbol-simbol yang sangat terkenal, yaitu empat ajaran kebenaran mulia dan jalan mulia berunsur delapan yang mengantarkan manusia kepada tiga tingkatan kehidupan: kamadhatu, rupadhatu, dan arupadhatuÂ
Empat ajaran kebenaran mulia dan jalan mulia berunsur delapan itu terfokus pada empat kenyataan agung, yaitu kebenaran tentang dukkha (penderitaan), kebenaran tentang asal mula dukkha, kebenaran tentang terhentinya dukkha, dan kebenaran tentang jalan menuju terhentinya dukkha.Â
Konsep itulah antara lain yang diangkat dan diadopsi Mas Guntur dalam karya-karya desain batiknya. Bentuk blok-blok persegi yang menjadi salah satu ciri khas dalam karya desain batik Mas Guntur merupakan penanda dari delapan jalan kebenaran untuk mencapai pari nir bhana (nirwana).Â
Karya yang mengadopsi filosofi agung candi Borobudur tersebut oleh Mas Guntur lalu diberi nama "Dharmadhatu Alit Borobudur" dan "Kumandhang Dharmadhatu Borobudur".
Mengakrabi candi Borobudur hampir tiap hari memungkinkan Mas Guntur mengolahnya ke dalam eksperimen desain batik. Hasilnya ia mampu berkisah mengenai kerimbunan daun pohon Bodhi yang meneduhi candi Borobudur atau masa lalu candi Borobudur yang dikelilingi kolam lewat desain batik.Â
Hal ini setidaknya dapat mengedukasi atau pembelajaran bagi orang awam yang semula tidak mengenal ornamen candi Borobudur.
Mas Guntur selalu mengawali proses penciptaan karya dengan terlebih dahulu membuat sket gambar di atas kertas kalkir. Proses selalu dikerjakan malam hari di ruang atas.Â
Setelah jadi, sket dalam skala sebenarnya dipindahkan ke kain sutera, kemudian diserahkan ke rumah produksi batik. Biasanya, Mas Guntur mempercayakan pengerjaan batik kepada rumah produksi batik di kawasan Sleman.Â
Pemilik rumah produksi batik tersebut mengungkapkan kekaguman atas kejelian Mas Guntur dalam menentukan komposisi warna sehingga desain batik kreasi Mas Guntur menjadi tidak biasa dan mewah.Â
Hal ini tidak dapat dilepaskan dari selera Mas Guntur dan pembawaannya yang selalu ingin sempurna dalam mengerjakan sesuatu.
Sebagai contoh adalah bagaimana Mas Guntur berjuang mendapatkan warna merah yang diinginkan. Mas Guntur mempunyai taste warna tersendiri, tidak ada yang menyamai.Â