Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Kebersamaan Bukber di Bawah Pohon Tanjung Samping Rumah

15 April 2023   21:38 Diperbarui: 16 April 2023   04:14 1590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buka puasa bersama/Foto: Hermard

Cak Kandar: Tentang Buku (Bahasa) Jawa

Dalam kurun tujuh tahun terakhir, Cak Kandar, penjaga gawang penerbit Interlude, gliyak-gliyak ngopeni penerbitan buku sastra Jawa. Menurut Cak Kandar, setidaknya ada dua nama yang layak disebut dalam upaya kecil menerbitkan buku sastra Jawa. Kedua nama itu tak lain Iman Budhi Santosa dan Djajus Pete. Iman Budhi Santosa (IBS) secara tersirat lewat beberapa obrolan seperti menggiring Interlude untuk mencoba menggarap karya sastra Jawa.

Jauh di tahun sebelumnya, krenteg Cak Kandar untuk membaca sastra Jawa adalah pertemuannya dengan sosok Djajus Pete. Karya Djajus sudah diakrabi di panggung Bincang-Bincang Sastra Studio Pertunjukan Sastra (SPS) pada tahun 2010.

Buku kumpulan cerita Wit Tanjung Ngiringan Omah (Bu Ageng Cicit) diterbitkan Interlude (2023), tidak sekadar untuk nguri-nguri satra/budaya Jawa.

"Kami menerbitkannya dalam rangka saderma ajar nandur wiji keli. Demikianlah, tak bosan-bosan kami "rengeng-rengengke" dalam upaya neruske laku, ajar olah tetanen buku," jelas Cak Kandar.

Diterangkan lebih jauh, meskipun buku Wit Tanjung Ngiringan Omah hanya berisi tiga cerita, namun pikiran dan imaji pembaca akan diajak melancong pada kurun waktu yang cukup jauh. Dari zaman geger 1965 ke geger Tumapel, lalu menyusuri kehidupan para rakai di zaman Mataram Kuno. Tentang perempuan bernama Dhatu, Selirang dan Arok, juga tentang Rakai Warak.

"Buku ini memuat tiga cerita dalam tarikan napas yang begitu panjang," jelas Cak Kandar.

Buka puasa bersama/Foto: Hermard
Buka puasa bersama/Foto: Hermard
Acara peluncuran di akhiri saat suara azan magrib terdengar sayup-sayup dari masjid Syuhada. Halaman Museum Sandi  berubah menjadi ajang silaturahmi buka puasa bersama penuh keakraban antara seniman sastra Jawa tanpa batas sekat agama. 

Kesenian mempersatukan kami buka puasa bersama di bawah pohon tanjung samping rumah. Begitulah indahnya ramadan adalah kehendak saling berbagi dengan sesama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun