Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Playboy dan Mata Keranjang

22 Maret 2023   15:46 Diperbarui: 22 Maret 2023   15:48 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bayanganmu/Foro: Hermard

Konon, jika seorang lelaki mudah mengumbar cinta, selalu menggoda wanita aduhai, semlohai, tahes komes, ia akan mendapat predikat sebagai playboy, don juan, buaya darat, mata keranjang, atau hidung belang.

"Itulah kurang ajarnya lelaki. Suka menggoda. Tak bisa diam kalau melihat wanita," celetuk suara hatiku.

"Hemmm, jangan salah. Perempuan pun banyak yang suka menggoda laki-laki," jawabku singkat.

"Lihatlah, engkau mulai mengada-ada," bantah suara hatiku.

Aku lalu teringat   Sisca, Monica, Tiara yang mudah merayu lelaki, mengumbar hasrat cinta kian-kemari, tebar pesona kiri-kanan, melirik Irwan, Tonny, Andi, Rian, Effendi.

"Banyak kok wanita yang menggoda lelaki," gumamku pelan.

"Lantas mereka juga disebut playboy?" tanya suara hatiku pura-pura tak mengerti.

"Ya bedalah. Mereka  mendapat predikat sebagai wanita penggoda, genit, lenjeh, ganjen, murahan, dan sebagainya..." 

Entah mengapa dalam dunia patriarki, predikat yang diberikan kepada wanita terkesan merendahkan dan lebih suram, tidak berbobot, kurang bermutu. Berbeda dengan predikat yang disandang kaum laki-laki yang terkesan blink-blink dan "bermartabat": playboy, don juan, buaya darat...

Takut mendapat pertanyaan yang lebih merenik dari suara hatiku, aku lalu mencari buku yang berisi penjelasan soal lelaki playboy, mata keranjang. 

Di beranda, sambil menikmati kopi pahit dan pisang goreng buatan ibu negara Omah Ampiran, buku itu aku bolak-balik. Yaps, aku baru mengerti kalau semua predikat yang dikenakan untuk lelaki penggoda sesungguhnya berangkat dari kepiawaian Hugh Herner dan rekan-rekannya di Amerika Serikat. 

Tahun 1953 Hugh dan rekan membuat majalah khusus laki-laki, Stag Party (pestanya para lelaki). Sayangnya kata pertama majalah itu sudah dipakai terlebih dahulu oleh majalah Stag. 

Untuk menghindari tuntutan hukum, Hugh mengadakan rapat darurat di tempat kediaman Eldon Sellers. Rapat darurat itu hampir saja tidak menghasilkan keputusan apa-apa jika ibu Sellerrs tidak ikut memberikan ide kreatifnya. la teringat bekas tempatnya bekerja di Chicago, Playboy Automile Company. 

Ibu Sellers mengajukan kata pertama nama perusahaan otomotif tersebut, Playboy, yang langsung disambut hangat oleh Hugh dan mengganti Stag Party dengan Playboy sebagai bacaan lelaki dengan memajang gambar-gambar wanita aduhai. 

Seiring dengan meroketnya pamor majalah milik Hugh Herner ini, istilah playboy pun semakin sering dipakai untuk menyindir laki-laki yang sering menggoda wanita....

"Lha bagaimana dengan istilah mata keranjang?" tanya suara hatiku penasaran.

"Itu hanya kesalahan memahami bahasa Arab. Tetapi ada cerita lain yang lebih menarik."

"Lebih menarik?"

"Iya. Karena semua bermula dari keisengan bangsa pribumi yang menyaksikan kemolekan noni-noni Belanda," jawabku.

Memang menurut Alwi Shahab, sejarawan, konon istilah mata keranjang muncul sekitar tahun lima puluhan. Pada saat itu di Batavia banyak noni Belanda  meluangkan waktu senggang bermain basket (bola keranjang). 

Setiap noni Belanda bermain basket, banyak pemuda pribumi  menonton. Sayangnya, yang mereka perhatikan bukan permainan para noni, tapi paha putih mulus mereka yang menjadi objek perhatian.

Karena itu, muncul ejekan "mata keranjang" dari para noni Belanda yang ditujukan kepada para pemuda pribumi. Sampai sekarang istilah itu tetap digunakan  para wanita untuk  pria yang senang menggoda wanita lain.

Mendengar itu, suara hatiku diam sambil senyum-senyum sendiri.  Aku mulai curiga. Pasti ada yang tidak beres dalam pikirannya.

"Bagaimana kalau kita belajar jadi playboy. Menggoda Itha, Indah, Lely...," ajak suara hatiku.

Nah kan, benar-benar mulai kurang ajar dia! Benci aku! Benci atau suka? Entahlah!

Rujukan: Sejarah Unik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun