Beberapa lembar terakhir naskah tersebut lepas, sehingga yang tersaji dalam Rencana Setan: Antologi Naskah Pedro Sudjono sesuai dengan naskah asli yang didapatkan.Â
Naskah "Malam Penantian" sudah tidak dapat terbaca dengan baik karena tinta ketiknya sudah luntur dan terdapat coretan dan penggantian dengan tulisan tangan. Naskah "Pengorbanan" juga ada coretan dan penggantian dengan tulisan tangan. Bagian akhir naskah ternyata berbahasa Jawa dan merupakan bagian dari naskah lain.Â
Naskah "Tetangga" kondisinya lebih baik, sayangnya bagian akhir tidak ada. Kasus berikutnya berkaitan dengan naskah "Hukum Masyarakat" dan "Siska Dihukum Masyarakat". Dua naskah tersebut memiliki cerita yang sama, hanya saja beralih media dari naskah drama menjadi naskah skenario.Â
Demi kepentingan alih media tersebut, dalam naskah "Siska Dihukum Masyarakat" ditambahkan keterangan/petunjuk untuk kepentingan skenario dan terjadi penambahan tokoh serta dialog.
Dalam antologi ini dimuat juga naskah Pedro Sudjono yang menggunakan media bahasa Jawa, yaitu "Sopir Becak", "Riyayane Wong Cilik", dan "Kali Biru". Pemuatan naskah ini untuk menunjukkan kepedulian Pedro Sudjono terhadap drama berbahasa Jawa. Tiga naskah tersebut sengaja tidak dicetak dengan huruf miring dengan mempertimbangkan tingkat keterbacaan dan estetika secara menyeluruh.
Apa pun wujudnya, antologi ini merupakan upaya positif dalam mendokumentasikan karya sastra pengarang yang berproses kreatif di Yogyakarta, meskipun masih terdapat rumpang-rumpang di sana-sini. (Herry Mardianto)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H