Cerpen pertama menggambarkan buruknya akhlak murid-murid di sebuah SMU ketika menghadapi guru baru. Sedangkan cerpen kedua berisi ajakan agar orang (pembaca) selalu beribadah dan ingat kepada Tuhan. Dalam cerpen kedua, warna Islam terasa begitu kuat dari awal hingga akhir cerita.
Majalah Gadjah Mada dan Pusara memiliki target pembaca yang lebih umum dibandingkan dengan Suara Muhammadiyah, Gema Islam, serta Darmabakti. Hal serupa juga terlihat pada majalah Medan Sastra, Seriosa, Pesat, Api Merdeka, Minggu Pagi, Arena, dan Budaya. Â
Kenetralan majalah Minggu Pagi dapat kita cermati dari pemuatan iklan ucapan selamat  hari natal dan tahun baru yang dimuat dalam  Minggu Pagi, No. 40, 30 Desembar 1962  dan pemuatan cerpen lebaran "Di dalam Ada Cahaya" (karya Djakaria, N.E) dalam Minggu Pagi, 24 Februari 1963.
Majalah Gadjah Mada meskipun dikelola oleh pihak kampus tetapi target pembacanya tidak terbatas pada kalangan civitas akademika melainkan melebar ke pembaca umum.Â
Sebagai majalah umum, majalah ini memuat cerita pendek yang kadang tidak mudah dipahami masyarakat awam. Kondisi tersebut tercipta karena kehadiran majalah ini berwawasan kepada kaum intelektual.  Terlebih lagi kehadiran cerpen dalam majalah Gadjah Mada tanpa disertai illustrasi yang  dapat berfungsi sebagai "petunjuk" dalam memahami cerpen tersebut. Â
Hal ini berbeda dengan cerpen-cerpen yang dimuat dalam majalah Minggu Pagi yang diperuntukan bagi siapa saja, sehingga cerpen-cerpen yang dihadirkan  adalah cerpen-cerpen yang mudah dicerna oleh siapa pun. Setiap cerpen memiliki illustrasi yang menggambarkan tokoh, latar, atau adegan sebuah peristiwa dalam cerita.
Perhatian pengayom (Minggu Pagi) kepada pembaca yang menyenangi masalah sastra terlihat dari kehadiran beberapa tulisan yang membicarakan situasi dan perkembangan sastra di Yogyakarta, selain memuat tulisan mengenai profil pengarang Indonesia.
Kualitas karya sastra yang dimuat beberapa majalah khusus budaya dan sastra tentu lebih baik karena beberapa majalah tersebut memiliki pembaca  spesifik, di samping pihak majalah mempunyai redaksi khusus yang menangani karya sastra. Â
Majalah Medan Sastera, Seriosa, Budaya, dan Arena di samping menampilkan karya sastra, juga mengedepankan tulisan/artikel sastra/budaya.Â
Majalah Medan Sastera mempermudah pembaca dalam mendapatkan informasi kegiatan sastra dengan rubrik "Lintasan Kesusasteraan Bulan Ini" seperti yang termuat dalam Medan Sastera, No. 7,  Oktober 1953.  Di dalam  catatan tersebut dimuat segala kegiatan kesusastraan yang terjadi di Indonesia maupun di luar negeri.
Asal-usul pembaca sebuah majalah dapat dirunut dari surat/ pengumuman redaksi, iklan,  boks redaksi, berita keluarga, dan sebagainya. Pembaca majalah Gadjah Mada tidak saja berasal dari Indonesia karena dari boks redaksi diketahui majalah ini memiliki  pembantu tetap di  Amerika, Nederland, dan Denmark. Majalah inipun tidak hanya dikonsumsi oleh pembaca di Yogyakarta tetapi juga pembaca di luar wilayah Yogya, misalnya Madiun,  Bukittinggi, Bandung, Kalimantan, Jakarta, Palembang.Â