Pada tahun 1961 redaksi majalah Sastra memberikan "Hadiah Sastra 1961" kepada  A. Bastari Asnin untuk cerpen "Di Tengah Padang" (Sastra, No. 2, Juni 1961). Cerpen ini dipandang memiliki kelebihan berkaitan dengan teknik bercerita  yang penuh  ketegangan, kerahasiaan, dan diperkuat oleh keajaiban nasib serta perjalanan hidup tokoh-tokohnya. Â
Sedangkan B. Soelarto menerima hadiah atas cerpennya yang mengandung kritik jujur dan berani serta konstruktif terhadap kepincangan-kepincangan/penyelewengan dalam masyarakat. Penghargaan tersebut diberikan untuk cerpen "Rapat Perdamaian" (Sastra, No. 6, Oktober 1961).Â
Di samping dua pengarang di atas, Satyagraha Hoerip memperoleh hadiah hiburan atas cerpennya "Seorang Buruan" (Sastra, No. 3, Juli 1961), bercerita mengenai pengorbanan dan penderitaan pejuang dalam melawan penjajah.
Pemerolehan hadiah sastra tersebut memberi gambaran bagaimana kesungguhan pengarang cerpen yang berproses kreatif di Yogyakarta dalam menciptakan cerpen berkualitas.
Sistem pendukung sastra yang juga perlu diperhitungkan adalah sistem pembaca atau penanggap (gatekeepers) yang diperlukan redaktur demi  kelangsungan kehidupan surat kabar/majalah.Â
Dalam hal tertentu, pengayom (termasuk staf redaksi)   memberi perhatian terhadap pembacanya agar  timbul  pengertian dan kerjasama  saling menguntungkan. Â
Beberapa majalah yang terbit di Yogyakarta secara implisit memiliki sasaran pembaca tertentu, misalnya Media, Pusara, Gadjah Mada, Suara Muhammadiyah, Gema Islam, dan Darmabakti.Â
Majalah Media, Suara Muhammadiyah, Gema Islam, dan Darmabakti berisikan tulisan-tulisan yang bernapaskan Islam, sehingga target pembacanya adalah pemeluk agama Islam.Â
Secara sepesifik, majalah Media memiliki target sasaran pembaca angkatan muda Islam di Indonesia, khususnya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Indonesia.
Sasaran pembaca tersebut tidak jauh berbeda dengan sasaran pembaca majalah Darmabakti karena majalah ini diterbitkan oleh dewan mahasiswa IAIN Sunankalijaga.Â
Hanya saja majalah Media sebenarnya memiliki sasaran pembaca  lebih luas, sehingga karya-karya sastra yang ditampilkan pun tidak sepenuhnya bernuansa Islam, tema dan persoalan yang dikemukakan bersifat umum; hal ini berbeda dengan majalah Suara Muhammadiyah maupun Gema Islam. Â
Kedua majalah tersebut selalu menampilkan karya sastra dengan tema dan persoalan yang berkaitan dengan Islam. Majalah Gema Islam, misalnya, memuat cerpen "Dimulai dengan Kesulitan" karya S.N. Ratmana (Gema Islam, 15 November 1962) dan "Bersuluh di Hati Perempuan" karya M. Sunjoto (Gema Islam, 1 November 1964).