Mantra Kutukan di Candi Ijo
Terletak di dukuh Groyokan, desa Sambirejo, kecamatan Prambanan, berada di lereng bukit. Dari candi Ijo kita dapat menyaksikan keindahan kota Yogyakarta yang berada di sisi barat. Bahkan dulu saat bandara Adisutjipto masih ramai, kita dapat menyaksikan dengan jelas pergerakan pesawat yang take off maupun landing.
Pembangunan candi Ijo diperkirakan antara tahun 850-900 M, saat pemerintahan raja Rakai Pikatan dan Rakai Kayuwangi (prasasti dari Raja Balitung). Candi Ijo merupakan bangunan pemujaan dari masa klasik (pengaruh Hindu Budha) Jawa Tengah.Â
Candi ini pertama kali ditemukan oleh H.E. Dorrepaal pada tahun 1886 dengan temuan berupa tiga buah arca batu dan lingga yoni di bilik candi induk. Ketiga arca tersebut adalah Ganesa, Siwa, dan sebuah arca tanpa kepala bertangan empat, salah satu dari empat tangan tersebut membawa cakra.
Satu prasasti ditemukan di atas dinding pintu masuk candi (candi F), terdapat tulisan Guywan yang berarti pertapaan. Adapun prasasti lainnya berisi 16 buah kalimat mantra kutukan yang diulang-ulang berbunyi Om sarwwawinasa, sarwaawinasa: hancur semua, binasa semua. Prasasti-prasasti tersebut tidak berangka tahun, tetapi dari sudut paleografis diperkirakan dari abad 8-10 M.
Punden Berundak Candi Barong
Candi ini berada tidak jauh dari candi Ratu Boko. Penemuan awal candi sekitar tahun 1913 oleh seorang Belanda dalam rangka perluasan perkebunan tebu untuk mendukung produksi pabrik gula.Â
Proses susun coba candi mulai dilakukan pada tahun 1978, dan akhirnya berhasil merestorasi bangunan candi pertama pada tahun 1994. Berbeda dengan candi-candi lainnya di Jawa Tengah, candi Barong merupakan bangunan punden berundak, yaitu model bangunan suci pada masa pra-Hindu.
Keberadaan candi Barong yang juga bernama Candi Sari Sorogedug disebutkan dalam Prasasti Ratu Baka (856 M) dalam bahasa Sansekerta dan ditulis menggunakan huruf Jawa kuno. Candi Barong dan sekitarnya merupakan kawasan peninggalan sejarah yang menunjukkan unsur-unsur agama Budha dan Hindu pada abad ke-9-10 Masehi.
Keistimewaan candi Barong tercermin dari tata letak candi yang menunjukkan kontinuitas dengan tradisi masa prasejarah, khususnya masa megalitikum/periode batu besar.Â
Hal ini ditunjukkan dengan pola pembagian halaman ke belakang dengan ketinggian berbeda, dan kedudukan bangunan inti terletak pada batur tertinggi. Konstruksi bangunannya didirikan pada sebuah bedrock (batu cadas) sebagai alasnya.
Dua Raja  Candi Kalasan
Hanya berjarak kurang lebih 200 meter dari jalan utama Yogya-Solo, yakni di desa Kalibening, kecamatan Kalasan, kabupaten Sleman, berdiri candi yang cukup besar, bernama Candi Kalasan.Â
Candi yang diperkirakan berdiri pada tahun 778 Masehi ini, tampak masih berdiri tegar setelah mengalami tiga kali proses renovasi. Sayangnya, maraknya aktivitas pencurian menyebabkan banyak arca maupun bagian-bagain candi yang raib.