"Mengapa Kang Tohari menghadirkan tokoh-tokoh wong cilik dalam karya sastra?" tanya saya sambil lalu.
"Wong cilik itu dapat menerima kenyataan dengan ikhlas dan sabar dalam menghadapi hidup," jelas Tohari.
Malam terus bergulir. Sehabis makan kami bergegas menuju hotel mengantar Kang Tohari.
Penghargaan Prasidatama
"Aku yakin kebanyakan puisi dalam antologi ini adalah puisi atlas karena temanya berkaitan dengan kebinekaan. Lalu banyak penyair menulis mengenai beribu pulau, beraneka suku bangsa, beragam budaya. Lha kalau seperti ini yang ditulis, semua orang sudah mengerti. Lalu untuk apa kita tulis? Lebih aneh lagi, urusan puisi kok dikaitkan dengan Permendikbud," guyonan ini langsung disambut tawa lepas para sastrawan yang menyimak setiap perkataan Bandung yang terkadang terasa konyol, naif, sekaligus cerdas.
"Ini apa lagi, pasti penulis puisi "Mau Makan Agama Apa" tidak mengikuti perkembangan di Indonesia. Tidak tahu kalau aliran kepercayaan sudah diakui oleh pemerintah. Jadi judul puisi ini sebaiknya diganti dengan "Mau Makan Agama dan Kepercayaan Apa". Ini kalau kita mau mengakui kebinekaan..." selorohnya dan sejurus kemudian terdengan tawa hadirin menyambut pemikiran kritis Bandung Mawardi, penerima Penghargaan Prasidatama 2017 katagori penggiat bahasa dan sastra Indonesia . (Herry Mardianto)