Konsep perencanaan desain Jembatan Kretek II melibatkan budayawan Yogyakarta dalam mencetuskan  filosofi among tani dagang layar, mencerminkan  pengembangan wilayah pantai selatan. Ornamen jembatan disesuaikan dengan filosofi tersebut, seperti keberadaan Tugu Luku, desain lampu penerangan jalan,  railing parapet hingga art lighting yang mempercantik tampilan jembatan saat malam hari.
Desain Tugu Luku (dengan material galvalum dan kuningan)  diharapkan mampu menjadi landmark Jembatan Kretek II sebagai ungkapan selamat datang  ke Yogyakarta dari jalur jalan lintas selatan. Luku merupakan alat bajak sawah, lambang masyarakat agraris dan budaya Jawa masyarakat Yogyakarta.Â
Di sisi lain, kata luku merupakan singkatan dari laku urip kang utama yang bermakna proses dan jalan hidup (yang) utama". Makna  ini  sesuai dengan fungsi  Jembatan  Kretek  II yang menghubungkan dua kawasan yang sebelumnya terpisah oleh sungai Opak, yaitu wilayah Tirtohanggo dengan Parangtritis.Â
Artinya, keberadaan jembatan tersebut membuat proses kehidupan dapat berlangsung lebih lancar dan nyaman.
Estetika simbolis Jembatan Kretek II juga terlihat pada penerangan jalan umum, didesain menyerupai tanaman padi siap panen, mengedepankan filosofi bagaikan padi,semakin masak  semakin  merunduk--mencerminkan makna agar manusia tidak bersikap angkuh. Manusia sebaiknya rendah hati, seperti padi yang semakin berisi semakin merunduk. Â
Desain railing parapet Jembatan Kretek II berupa ornamen burung Kuntul,  stilisasi  penggambaran sawah beserta burung Kuntul. Ornamen  ini merupakan kesatuan simbolisasi  budaya agraris sebagaimana simbol luku pada tiang jembatan.
Di beberapa bagian jembatan ditambahkan desain art light dengan pemanfaatan  lampu  LED  sehingga pada malam hari, tampilan jembatan menjadi lebih menawan sebagai ikon baru kota Bantul.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H