purnama bulan ke tujuh
angin barat, timur, utara, selatan
bersatulah dalam diri untuk menyapa semesta
kenanga di puncak Wilis
melati di puncak Galunggung
bertemu harum mawar di Astana Gede
barat tetap dengan baratnya
timur senantiasa timur
utara dan selatan takmengubah diri
karena itu maka ada pertemuan
jumpa satu dengan lainnya yang berbeda
wangi kenanga pun takberganti melati
takberebut udara dengan mawar
. . . . . . .
purnama bulan ke tujuh
kakiku telanjang menapak bumi
takberalas tidak juga tilam
dinginnya tanah coklat
gelitik kerikil di telapak kaki
sapaan semesta sang pemberi hidup
. . . . . . .
wahai purnama
wahai pemilik semesta alam
darimu aku bermula
ke sana pula aku berpulang
. . . . . . .
di atas kaki telanjang
ini aku bersaksi
tubuh ini takpunya daya apapun
selain atas ruh dan tenaga kesemestaanmu
beri tubuh ini kekuatan untuk berdiri
beri tubuh ini kekuatan untuk bergerak
bergerak
bergerak, dan terus bergerak
untuk bersatu denganmu
bergerak
bergerak, dan terus bergerak
untuk semata-mata menghamba padamu
bergerak
bergerak, dan terus bergerak
agar tetap bisa merasakan nadi
bergerak
bergerak, dan terus bergerak
untuk merasakan bahwa punya nafas
bergerak
bergerak, dan terus bergerak
hingga pori terbuka
memberi jalan bagi keringat
bergerak
bergerak, dan terus bergerak
hingga taklagi memiliki gerak
. . . . . . .
luruh, sujud, di atas tanah coklat yang telanjang
-o0o-
. . . . . . .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H