Mohon tunggu...
Herry Darwanto
Herry Darwanto Mohon Tunggu... Freelancer - Ingin menikmati hidup yang berkualitas

Penyuka musik keroncong & klasik, gemar berkebun, penggemar jajan pasar

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Jalur Politisi Menuju Puncak Kekuasaan

19 Mei 2019   08:58 Diperbarui: 19 Mei 2019   09:01 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemilu adalah cara demokratis dari suatu bangsa untuk menentukan siapa diantara warga bangsa yang akan dipercaya untuk menjalankan urusan pemerintahan, apakah di lembaga eksekutif (pilpres/pilkada) atau di lembaga yudikatif (pileg).

Ada sebagian warga bangsa yang panggilan hidupnya ingin mengurusi kepentingan orang banyak atau biasa disebut politisi atau politikus, sebagaimana juga ada orang yang panggilan hidupnya menjadi penulis, tenaga medis, ahli bangunan, pebisnis, pegawai negeri, dsb.

Jika kesuksesan seorang pebisnis diukur dari seberapa banyak kekayaan yang dapat diperoleh dari usaha menjalankan bisnisnya, maka kesuksesan seorang politisi diukur dari seberapa besar kekuasaan yang dapat diraihnya. Semakin besar kekuasaannya, semakin sukseslah ia.

Posisi tertinggi yang selalu diinginkan oleh setiap politisi adalah kepala negara atau presiden, yang kekuasaannya dalam menjalankan pemerintahan paling tinggi. Dengan kalimat lain, menjadi presiden adalah cita-cita tertinggi yang ingin dicapai oleh setiap politisi, diakui atau tidak.

***

Sebelum berkarier di bidang politik, seorang politisi umumnya sudah berkecimpung dalam kegiatan yang berhubungan dengan orang banyak ketika muda atau saat menjadi mahasiswa. Mereka terlibat dalam berbagai organisasi di masyarakat atau organisasi kemahasiswaan di kampus, yang mirip juga dengan organisasi di pemerintahan. 

Banyak aktivis mahasiswa yang kemudian menjadi politisi tingkat nasional, seperti Hatta Radjasa, Rizal Ramli, dan Fadel Muhammad, yang kebetulan mereka satu angkatan (1973) di ITB.

Seperti halnya di profesi lain, seorang politisi umumnya harus meniti karier politik dari anak tangga terbawah menuju posisi puncak. Anak tangga terbawah dalam jenjang karier politisi adalah anggota DPRD tingkat kota atau kabupaten, kemudian meningkat menjadi walikota atau bupati. 

Setelah itu menjadi anggota DPRD provinsi, lalu gubernur. Jika karier politiknya cemerlang ia akan berusaha menjadi anggota DPR atau DPD (senator), kemudian meningkat lagi menjadi presiden.

Dalam setiap jenjang juga ada tahapannya, yaitu sebagai anggota DPRD biasa, kemudian ketua fraksi atau ketua komisi, lalu pimpinan DPRD. Tentu saja ada politisi yang kariernya menanjak dengan cepat, tanpa melewati jenjang-jenjang yang normal, misalnya dari bupati langsung menjadi gubernur, tanpa menjadi anggota DPRD provinsi terlebih dahulu.

Politisi alami yang sukses akan menaiki anak tangga dengan cepat, sehingga dalam usia muda sudah bisa menjadi presiden seperti Barrack Obama atau Jokowi. Lebih banyak lagi politisi alami yang sampai usia tua hanya sampai di tingkat DPRD, atau paling tinggi anggota DPR. 

Namun ada juga politisi yang langsung hinggap di tingkat atas, tanpa melalui jenjang karier dari bawah. Mereka umumnya berasal dari keluarga politisi yang telah sukses, seperti contohnya Puan Maharani.

Lebih banyak lagi, terutama di negara demokrasi berkembang, politisi yang tidak melalui jalur alami di atas, namun pindah dari jalur profesi lain, seperti artis, pebisnis, atau aktivis LSM. Mereka yang sudah selesai dengan karier di bidangnya, alias pensiunan, namun masih ingin menyumbangkan dirinya untuk mengurus masyarakat juga banyak yang masuk ke jalur politik, seperti SBY.

Donald Trump adalah contoh pebisnis ulung yang pindah jalur menjadi politisi dan berhasil mencapai tingkat puncak sebagai presiden tanpa melalui banyak anak tangga. Trump mengalahkan Hillary Clinton, politisi alami yang menempuh karier di bidang politik sejak mahasiswa. 

Ia diprediksi akan mengalahkan Donald Trump pada Pilpres AS yang lalu, setelah 8 tahun sebelumnya gagal meraih suara terbanyak untuk menjadi capres dari Partai Demokrat. Melalui proses kampanye yang riuh rendah juga seperti di sini, Hillary akhirnya harus menerima kenyataan bahwa Donald Trump mendapat suara lebih banyak.

Banyak cara menuju Roma, demikian kata pepatah. Banyak juga cara menuju jenjang politik tertinggi. Siapa pun berhak menjadi presiden atau jabatan politik lain, asal berhasil mengambil hati rakyat. 

Rakyat yang bijak akan memilih politisi yang teruji karena kemampuan yang ditempa oleh pengalaman yang panjang. Namun, terkadang rakyat memilih calon tanpa pertimbangan yang bijak, karena terpengaruh oleh informasi salah yang berseliweran. Bagaimanapun, itulah suara rakyat dalam menentukan politisi yang dipilihnya.


***

Kematangan berpolitik seorang politisi ditentukan oleh kesiapannya mendapat atau tidak mendapat perintah rakyat yang berdaulat. Jika mendapat perintah rakyat ia segera bersiap membentuk tim pelaksana daulat rakyat, dan jika belum mendapat perintah rakyat (= belum terpilih) ia akan bersiap untuk menawarkan diri dalam proses pemilu berikutnya.

Tidak ada kehilangan muka dalam proses ini, hari kiamat tidak mendadak tiba. Semua berjalan alami seperti matahari akan bersinar esok hari.

Tidak perlu ada dukungan sekelompok massa untuk menunjukkan bahwa sebagian besar rakyat  memilihnya. Lembaga yang ada sudah bekerja sebaik-baiknya, sesuai dengan peraturan yang ada. Rakyat banyak juga tentu mengawasi jalannya pemilu, walau mereka tidak bersuara. 

Semoga suasana pengumuman hasil Pemilu 2019 nanti berlangsung dengan melegakan, karena proses pemilu yang damai akan menghasilkan politisi-politisi yang matang di kemudian hari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun