Dalam upaya membangun kembali ekonomi, Pemerintah AS berkomitmen penuh untuk memperkuat angkatan kerjanya. Pemerintah AS akan membebaskan orang dari ketergantungan menjadi ketidaktergantungan, karena program anti-kemiskinan yang terbaik adalah meningkatkan penghasilan.
Untuk itu, selain menambah modal, juga harus ada investasi pada masyarakat. Jika orang dilupakan, maka dunia akan retak. Hanya dengan mendengar dan menanggapi suara mereka, maka masa depan yang cerah akan benar-benar dimiliki semua orang.
***
Pidato Presiden Trump ternyata enak didengar, tidak ada kesan ia menyusahkan negara lain dengan "America First" dan kebijakan  proteksionisnya. Sebagai Presiden, Trump berhak dan bahkan harus mengutamakan negaranya sendiri sebelum membantu negara-negara lain. Ia siap berdialog untuk mencapai kesepakatan dagang dengan negara-negara lain, sendiri-sendiri atau berkelompok, asal untuk kepentingan bersama.
Upayanya mereformasi ekonomi domestik, mirip dengan apa yang dilakukan Presiden Jokowi dengan belasan paket kebijakan ekonominya. Presiden Trump beruntung, data-data ekonomi AS akhir-akhir ini menunjukkan perkembangan yang positif, sehingga ia percaya diri akan langkah-langkahnya, yang semula diragukan keberhasilannya.
Apakah misi utama kedatangannya di Davos akan tercapai, yaitu mengundang pebisnis dunia untuk berinvestasi di AS, hanya waktu yang akan menunjukkan. Tetapi dari sisi pertunjukan, sesi Trump berpidato konon yang terbanyak pengunjungnya setelah Nelson Mandela berpidato di forum yang sama tahun 1992 lalu. Dunia ingin mendengar apa yang akan dilakukan oleh Presiden Trump.
Kita berharap agar ekonomi AS tumbuh lebih baik tahun-tahun depan ini, sehingga ekonomi dunia dapat terhela, tumbuh dan berkembang lebih pesat, yang berarti ekonomi Indonesia juga akan lebih terpacu.
--oo0oo--
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H