Apalah arti sebuah nama? Meskipun kita menyebut mawar dengan nama lain, wanginya akan tetap harum. (Shakespeare ; Rome & Juliet)
Nama adalah sebuah identitas, dengan cara demukian ia akan dipanggil, diingat, dikenang, dipandang dan sebagainya.
Demikian pula dengan Trada, band Rock ‘kota apam yang sampai dengan tahun 2016 ini sudah seperempat abad tetap eksis mengisi panggung-panggung hiburan di Bumi Murakata dan kabupaten lain di Kalimantan Selatan serta provinsi-provinsi tetangga, menjadi tempat para musisi banua untuk berkaca, belajar tentang kebersamaan, tehnik-tehnik bermain musik dan sebagainya.
Munir Bassis Band Trada yang ditemui di Lapangan Dwi Warna Barabai, Jum,at (30/12/2016) mengungkapkan, pada awalnya tidak terpikir sama sekali tentang apa nama Band yang mereka bentuk untuk mengikuti festival musik yang mungkin akan diadakan di kota Barabai karena pada saat itu sedang ramai-ramainya diselenggarakan festival rock. Merekapun sangat ingin memainkan musik rock sama persis seperti dalam kaset karena ini merupakan salah satu point dalam penilaian dalam festival musik pada saat itu.
Ditambahkannya,latihan di kamar wahab dengan peralatan seadanya tersebut jelas tak akan mungkin menyamai musik seperti dalam kaset, ya setidaknya mendekati 30% lah. Menyadari ini semua, maka spontanitas Wahab dan Harris mengusulkan untuk meminjam peralatan musik group musik dangdut Citra Nada, dan apabila tidak dipinjami kalau perlu disewa karena pada saat itu belum ada studio musik.
“Haji Iyan pemilik dan Pemimpin Group musik dangdut tersebut siap membantu untuk menyewakan peralatan musiknya dengan harga khusus asal ada embel-embel Citra Nada nya,” ungkapnya.
Bassis yang juga piawai memainkan berbagai alat musik ini melanjutkan ceritanya bahwa, demi bisa meminjam peralatan musik tersebut dengan harga khusus, merekapun saat itu juga memberi nama bandnya Citra Nada Rock Band.
“Meskipun dengan Tambahan Rock Band, kami tetap merasa kurang sreg, karena Citra Nada sudah sangat identik dengan musik dangdut, jadi kami modifikasi saja kata Citra Nada dan kami lebur menjadi TraDa,” Pungkasnya.
Sementara itu, Abdul Wahab gitaris pertama Trada Band yang sekarang ini menetap di Kota Tanjung Tabalong saat dihubungi via Telpon ikut membenarkan cerita tersebut, ia juga menambahkan dengan nama band TraDa tersebut mereka merasa lebih nyaman, karena nama tersebut selain belum ada yang memakai, juga cukup singkat, terdengar segar, serta mudah diingat.
“Selebihnya, Haji Iyan puas dengan penjelasan kami , dan untuk latihan menggunakan alat Citra Nada tersebut biasanya kalau tidak di Mandingin tempat Dayul, atau di halaman rumah Munir jalan kemasan yang sekarang jadi rumah Haji Arin emas,” ujarnya.
Gitaris yang sekarang kerja di perusahaan tambang namun dalam beberapa kesempatan masih aktif memainkan instrument gitar tersebut mengenang bahwa, pada saat itu kalau jadwal latihannya di Mandingin di tempat dayul, peralatan Citra Nada tersebut diangkut dengan microlet, kalau di jalan Kemasan diangkut dengan becak.
“Kalau jadwal latihan di Mandingin, Peralatan diangkut dengan microlet Kakaknya Munir yang baru datang dari Kalteng, Harris yang jadi sopir biasanya,” kenangnya.
Ia juga sempat tertawa terbahak-bahak saat terkenang usaha mereka untuk latihan tersebut, ceritanya karena saat itu jadwal latihan di Mandingin, maka merekapun meminjam kembali microlet kepunyaan kakak nya Munir. Setelah berpeluh ria membongkar dari gudang dan menaikkan peralatan ke microlet, Haris pun tancap gas menuju mandingin, namun pada saat akan membelok ke halaman rumah Dayul, baru mereka tahu bahwa ternyata rem microlet tersebut blong, akibatnya baru bisa berhenti saat menabrak tiang rumah Dayul.
“Untung rumah Dayul selamat,tidak sampai terjadi suatu apa,”katanya sambil tertawa terbahak-bahak dari balik telpon.
Diakhir pembicaraan telpon tersebut, ia juga menyampaikan bahwa sesuatu yang diraih dengan suatu perjuangan pasti akan selalu berbuah manis dan berbuah indah,dalam Festival tersebut Trada menjadi Band Pertama musik rock dari Barabai yang membawa gelar juara ditambah lagi dengan penghargaan the best vocal, best gitar, dan best Drum.
“Bila aku mengingat masa-masa itu, ada kebanggaan dan rasa syukur yang tak terhingga, bahwa Allah SWT sudah memberikan kenikmatan yang tak terhingga kepada kami, bahwa musik yang merupakan hobby kami telah menjadikan kami berarti,” pungkasnya.
Sebelum benar-benar menutup telponnya, ia juga sempat menitipkan salam kepada band TraDa bahwa ia merasa terhormat dan merasa beruntung telah melewati masa-masa tersebut bersama mereka, merasa berarti mempunyai sahabat yang tidak hanya bisa berbagi kesenangan, namun juga berbagai kesusahan yang menjadikannya kaya akan pengalaman hidup sekarang ini.(bersambung ke bagian III; Trada tak Pernah Bubar)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H