Mohon tunggu...
Herru Praja
Herru Praja Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jangan Dibaca "Kisi-Kisi Pemimpin Daerah"

31 Januari 2016   09:23 Diperbarui: 31 Januari 2016   09:55 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

JANGAN DIBACA???

Hari ini ada kejadian lucu, dimana obrolanku dengan teman-teman di warung kopi jadi kenyataan. Apa itu? Instruksi presiden cabut perda bermasalah (http://nasional.kompas.com/read/2016/01/30/02560001/Jokowi.Instruksikan.Cabut.3.000.Perda.Bermasalah.Tanpa.Perlu.Dikaji). Alhamdulilah ternyata kontak batin antara aku dengan presidenku (kemarin dibicarain, sekrang ditindak). Hehehe terlepas dari pada itu (halah kayak orang bener nulisnya) ada beberapa poin lain yang kami obrolkan ketika itu tentang “PEMIMPIN” (berat obrolannya sampe habis kopi dua piring, hehehe). Sepertinya menarik untuk dituliskan satu demi satu, karena kalo dua demi dua ribet nulisnya.

Okey kita mulai saja bahasan tentang “PEMIMPIN DIDAERAH”

Mundur kebelakang (kemarin), penulis membahas masalah mudahnya jadi pemimpin suatu daerah atau wilayah. Terinspirasi dari kepedihan, dendam (hehehe serius banget) dan harapan akan sosok pemimpin terbaik yang mau bekerja untuk kotaku Bandar lampung “beda dulu, beda sekarang”.

Sedikit cerita (banyak juga boleh sih) tentang Bandar Lampung dengan ibu kotanya Tanjungkarang merupakan kota tua yang pergerakan manusianya mudah diprediksi. Angkutan kota (angkot) merajai kemana mana mudah, tinggal naik angkot sampai tujuan dilanjut moda transportasi lain seperti becak untuk menghantarkan penumpang sampai depan pintu rumah. So simple like that, karena kotanya tidak besar seperti Jakarta.

Tapi sekarang beda…, untuk mencapai tujuan, anda harus berjibaku (ya tidak parah banget, tapi ada indikasi ke arah situ/selagi belum parah) dengan pengendara motor yang jalan semaunya (helo… warga tanjungkarang, motor gunakan jalur lambat) atau menunggu jam lowong jalanan (diluar jam sibuk kerja makan siang atau pulang kerja). Wajar  tejadinya perubahan sebagai dinamika pembangunan yang merubah wajah kota, satu demi satu pengaspalan jalan, pelebaran wilayah pembangunan, pusat2 bisnis baru dan masih banyak lagi (salut terhadap pemimpin sekarang, cieh cieh hehehe)

Namun tentu pemimpin harus selalu dikritisi biar tidak keluar jalur lurus yang semestinya (keritik membangun dan bersolusi bolehkan pak pemimpin). Mungkin sudah pada tahu (warga bandar lampung) bahwa akses jalan penghubung bandara hingga ke gerbang masuk “Selamat Datang Dikota Bandar lampung” lebar dan lumayan mulus (ketimbang dulu sempit dan berbatu) tapi kok gelap ya?

Tanpa berburuk sangka mungkin dana pemerintah daerah untuk penerangan jalan dari bandara menuju pintu gerbang selamat datang  terbatas (kurang), sehingga gelab yang penulis rasakan. Ini berbahaya sekali, pengalaman sebagai seorang insinyus sipil (cieh cieh insinyur hahaha) ingin menyampaikan ke pimpinan daerah "pak bila instalasi listrik kemahalan, tolong pergunakan mata kucing sebagai marka jalan karena ini berbahaya sekali dengan jalan lebar membuat pengendara meningkatkan kecepatanya, tapi penerangan kurang dikala malam hari".

Oh ya pembangunan bandara Raden Intan II yang jauh lebih rapih dibanding sebelumnya nilai plus untuk pemimpin saat ini, tapiiii "pak sekali-sekali coba tengok toilet penumpang diarena terminal, pintunya tolong dipasang (semoga sudah dipasang)" sederhana hanya butuh bapak sesekali kelapangan atau memerintahkan pembantu-pembantu bapak mengontrol kenyamanan warga.

Jadi curhatan kota sendiri nih, hehee

Kembali ketema diawal yaitu “MUDAHNYA MENJADI PEMIMPIN”. Mengapa dibilang mudah sementara banyak pemimpin-pemimpin didaerah yang terseret kasus korupsi? Mungkin ketika menjadi pemimpin, mereka tidak baca kisi-kisi sebelum menjadi pemimpin yang baik. Berikut kita bahas kisi-kisi menjadi pemimpin yang baik sehingga mudah menjadi pemimpin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun