'Kucinta kamu adanya. Biar gendut tidak masalah. Jangan dengarkan mereka yang tidak suka. Anggap biasa saja'
Roy meraih tangan Alyn yang tergeletak gemulai diantara menu-menu makan yang telah mereka pesan. Dieratnya jemari gadis belia yang lentik itu. Diatas meja makan, disebuah kafe muda mudi.
'Biar kau gendut, pipimu tembem. Ku tetap kusuka. Bodimu bulat, perutmu buncit. Ku tetap cinta padamu,' Lyn menegaskan kembali.
Walau rembulan tertutup awan, gemerlap lentera lampu Kafe sudah cukup untuk Roy. Sudah cukup untuk menggambarkan cerahnya hatinya, juga untuk Alyn tentunya.
Tapi, entah bagaimana hari esok, dimana dunia melihat dua sejoli yang sedang dimabuk cinta itu. Ya karena, hidup tidak bisa hanya bermodal cinta, bukan? Ya tentu, tapi kan, tidak juga bisa hidup tanpa ada modal cinta? Esok tetaplah esok, yang selalu menjadi misteri. Tapi bagi Roy, dan juga Alyn: 'Semoga tetap suka, tetap cinta.
'Semoga selamanya, sampai tutup usia, saling menyayangi dan mencintai sepenuh hati' doa mereka kepada Tuhan.
--- ah, dasar larik lagu. 'Bisa saja bikin baper!' kata saya.
Tulisan diatas merupakan prosa larik lagu Biar Gendut tapi Kucinta oleh Cunduk Hura. Versi lagu https://www.youtube.com/watch?v=7SVutOhxeqU&list=PLkXulBc0APIWZy1koVfkTfKfnEKBGqDNB&index=3
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H