Geram hati saya! Sungguh geram!Â
Prank terhadap ojek online (ojol) dengan beragam rupa orderan fiktif, cancel order (membatalkan pesanan), atau menyengaja membuat driver (pengemudi) ojol menunggu lama, benar-benar keterlaluan.Â
Memuakkan! Mereka sedang mecari nafkah untuk keluarga, dan pekerjaan mereka buka untuk dipermainkan.
Prank merupakan istilah yang digunakan untuk merujuk kepada sebuah lelucon, atau candaan yang dikemas dalam bentuk drama dengan tujuan untuk membuat korbannya terkejut, merasa marah, sedih, dan bentuk perasaan lainnya.Â
Sebagai bentuk kejahilan, prank dapat dikatakan berhasil bila korban terjebak pada luapan emosi sebagai respons dari drama yang sengaja dibuat oleh sang sutradara. Emosi korban yang meluap-luap ini kemudian disambut dengan gelak tawa bukan hanya oleh sutradara prank tersebut tetapi juga para penontonnya.Â
Dalam dunia hiburan, prank merupakan salah satu materi lawakan yang umum. Pun juga, bagi para pembuat konten Youtube. Anda bisa menyaksikan beragam jenis prank, salah satunya dengan korban pengemudi ojol.
Lihatlah link Youtube dengan kata kunci 'Prank cancel orderan ojol'. Atau anda bisa browsing di media massa digital terkait prank ini. Mulai dari artis sampai rakyat jelata menjadikan prank ojol ini bagian dari candaan demi pencitraan dunia digital sampai dengan peningkatan rating pengunjung.
Lalu? apakah sampai di situ?
Ternyata tidak! Luapan candaan para artis yang melakukan prank ojol kemudian diikuti oleh penggemarnya. Dan unggahan netizen tentang prank ojol kemudian ramai-ramai di Youtube merambah ke dunia nyata yang sering tak terkontrol.Â
Prank tidak lagi menjadi candaan. Luapan emosi pengendara ojol yang dulunya diganti dengan uang sebagai 'ongkos' candaan, berubah menjadi rugi.Â
Ya rugi! luapan emosi berupa muka memelas, tangis, marah, kesal dan lainnya dibayar dengan tawa dari jarak jauh, oleh sutradara jahat yang mengumpat jauh-jauh.
Sutradara jahat dan tak memiliki uang tertawa terbahak-bahak bersama para pengikutnya. Sedang, pengendara ojol terdiam karena merugi, di mana order yang telah dibeli harus ditukar dengan uang kembali.Â
Anda mungkin belum sepenuhnya percaya dan merasakan pedihnya kehilangan uang yang diusahakan dari jerih payah pengemudi ojol, sampai bila anda berbicara langsung dengan mereka. Bergabunglah dalam percakapan dengan para pengemudi ojol di grup Whatsapp, Facebook, dan platform sosial media lainnya. Anda akan mengerti.Â
Untuk mereka yang melakukan prank ojol, ingatlah bahwa mereka sedang mencari nafkah untuk menghidupi keluarga mereka. Pekerjaan mereka bukan mainan. Dan, saya pun yakin bahwa anda tidak ingin dipermainkan untuk menghidupi keluarga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H