Mohon tunggu...
Herri Mulyono
Herri Mulyono Mohon Tunggu... Dosen - Dosen di Perguruan Tinggi Swasta Jakarta

Bercita-cita menjadi pribadi sejati yang bermanfaat bagi diri dan orang lain. Website: http://www.pojokbahasa.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pak Guru, Pahamilah Minat Anak-anak Kami

7 Desember 2015   16:23 Diperbarui: 7 Desember 2015   17:41 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber: Siapbelajar.com"][/caption]

Obrolan kami sore itu cukup menarik. Teman saya Rudi (bukan nama sebenarnya) mengeluhkan tentang 15-17 mata pelajaran yang harus dipelajari anaknya yang baru saja duduk di bangku kelas X SMA. Salah satunya adalah mengapa peminatan Ilmu Alam (IA, atau IPA) seorang siswa masih saja harus mempelajari ekonomi ataupun pelajaran-pelajaran sosial lainnya.

"Iya, tanya saja itu Rusdi (anak Rudi teman saya). Dia bertanya-tanya kepada saya, kenapa di penjuruan IA masih saja harus belajar pelajaran sosial," Rudi, teman saya berujar.

Untunglah sore itu, rekan saya Ibu Delima (bukan nama sebenarnya) ikut nimbrung dalam obrolan 'panas' itu. Beruntungnya lagi, Ibu Delima adalah salah seorang staf kurrikulum di sebuah sekolah pemerintah. 

"Jadi begini," Ibu Delima memulai.

"Pemerintah memang melakukan penjurusan di kelas X, namun pemerintah tetap memberikan bekal mata pelajaran 'alternatif' kalau-kalau siswa berubah pikiran dikemudian hari," terangnya

"Kita kan tahu-sama-tahu kalau siswa kita diumur remaja ini sering galau, mengikuti trend saja"

"Nah kalau sekarang dia pilih peminatan IA dan dikemudian hari mau pindah peminatan IS, siswa sudah memiliki bekal," Ibu Delima melanjutkan.

Beberapa kemudian Ibu Delima berbicara panjang lebar tentang sistem kurikulum di SMA, khususnya masalah peminatan (penjurusan).

Saya menggaris bawahi tiga hal dari penjelasan bu Delima sore itu.

1. Penambahan mata pelajaran sosial pada peminatan IA dikelas X SMA merupakan niat baik dari pemerintah. Namun, dalam sisi lain, saya justru melihat bahwa hal tersebut merupakan ketidak mampuan sekolah dalam meraba 'minat' siswa sesungguhnya. Idealnya memang seorang anak yang memiliki minat di IA harus fokus pada materi-materi tentang ke IA-an, tanpa harus terganggu dengan hal-hal diluar itu. Oleh karena itu, baiknya antara dua jenjang pendidikan SMP dan SMA harus mampu berkomunikasi dengan baik tentang minat siswa sesungguhnya. Sedari awal di SMP, guru harus sudah mampu meraba ketertarikan siswa pada subjek (bidang) tertentu. Jika memang kelas X belum cukup matang untuk peminatan, ya kalau begitu jangan dipaksakan peminatan di kelas X.

2. Saya tertarik dengan kebuntuan mindset guru yang diutarakan oleh bu Delima, dan setuju dengan pendapatnya. Bahwa, guru-guru yang mengajar di kelas peminatan jangan 'memaksakan' egonya agar siswa memahamai sebuah materi dari subjek yang tidak diminatinya. Misal, ketika siswa duduk di peminatan IA, lalu ia mendapatkan nilai buruk di mata pelajaran ekonomi, guru tidak serta merta memaksa siswa untuk mentuntaskan pelajaran tersebut, atau dipaksa tuntas dengan beragam kegiatan remedial.

Apalagi sampai keluar justifikasi 'bodoh' dan bahasa merendahkan lainnya. Pemaksaan agar siswa benar-benar paham dan berpresetasi di bidang yang tidak diminati siswa dapat dikategorikan sebuah kekerasan simbolik di ruang pembelajaran. Apalagi kalau sampai dipaksa untuk pamam dan berprestasi di 15 pelajaran sekaligus, begitu tersiksanya siswa-siswa kita. Untuk itu, saya berpesan, Pak Guru, pahamilah minat belajar anak-anak kami!

3. Tentang penambahan pelajaran-pelajaran yang diluar konteks peminatan, saya merasa miris ketika melihat jumlah jam pembelajaran bahasa Inggris yang justru tergerus. Padahal, mata pelajaran bahasa Inggris ini sangat penting, bukan sebagai mata pelajaran alternatif, tetapi bekal kemampuan (skill) siswa dimasa yang akan datang.

Sekolah merupakan tempat agar minat anak-anak kita diarahkan dan dikembangkan, bukan justru diganggu dengan hal-hal lain yang diluar ketertarikan mereka. Mari kita dukung minta-minta mereka.

 

Salam Pendidikan,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun