Mohon tunggu...
Herri Mulyono
Herri Mulyono Mohon Tunggu... Dosen - Dosen di Perguruan Tinggi Swasta Jakarta

Bercita-cita menjadi pribadi sejati yang bermanfaat bagi diri dan orang lain. Website: http://www.pojokbahasa.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mencermati Materi Pendidikan Anak Kita

3 Oktober 2015   17:02 Diperbarui: 3 Oktober 2015   19:24 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="facebook.com/faris.alhabsyi"][/caption]

 

Gambar diatas adalah potongan soal Bahasa Inggris yang beredar dari wall Facebook saya. Soal tersebut menjadi bahan diskusi bahkan perdebatan dikalangan teman-teman, khususnya soal No. 21 (walau kalau dilihat no 20 juga bermasalah)

Pertanyaannya adalah:

What is your favourite drink?

Terlihat pada jawaban a. jam, b. beef, c. loaf, dan d. wine.

Bila dilihat dari wujud bendanya, tentu jawaban anak adalah d. wine, karena zat cair yang tepat untuk melengkapi kata "minum". 

Tapi kemudian pertanyaannya adalah, loh kok wine? Wine itu kan arak, anggur, atau minuman yang memabukkan. 

Dan disinilah perdebatan itu timbul. Sehingga banyak dari kami mempertanyakan kesan/pesan tersembunyi kok seolah-oleh anak diajarkan bahwa "minuman favorit" mereka adalah anggur, atau minuman memabukkan. Kami pun kemudian di bombardir segala bentuk pertanyaan:

Kenapa bisa soal tersebut lolos seleski dan dijadikan bahan ujian untuk anak-anak?

Apakah memang ada agenda tersembunyi "pembodohan akhlak" anak melalui soal-soal ujian?

Siapa pembuat soalnya? 

Siapa pengawas sekolahnya sehingga bisa kebobolan?

Serta pertanyaan-pertanyaan lainnya.

Sering terjadi

Masuknya paham-paham "nyeleneh" dalam pendidikan bukan hal yang baru. Karena memang hal ini sering terjadi. Mulai dari ajakan dan mengajarkan berpacaran "sehat" di buku penjaskes, imam sholat bagi kaum homoseksual serta radikalisasi di buku agama yang notabene buku panduan bagi siswa. Anehnya, walaupun memang sering terjadi, baik dalam pembelajaran di kelas, ataupun di buku-buku pegangan siswa, respon pihak yang terkait masih belum "seketat" pemerintah memberedel 243 kampus abal-abalan. Bahkan bila perlu, mungkin perlu juga di lakukan sweeping dan evaluasi kembali terhadap setiap buku-buku, teks, serta soal ujian yang dikonsumsi oleh siswa.

Orang tua wajib meneliti

Sebagai orang tua, sekarang ini kita tidak bisa berdiam diri. Karena memang jutaan informasi beredar dan siap untuk dikonsumsi oleh anak-anak kita, baik disekolah maupun di rumah. Kita perlu juga meliat atau mungkin meneliti teks-teks bacaan yang dikonsumsi oleh anak-anak kita, baik buku sekolah, novel atau lain-lainya. Sehingga kita dapat mengontrol informasi yang masuk dan dipahami oleh anak-anak. Kita pun dituntut untuk proaktif, melaporkan kepada pihak yang berwajib (berkepentingan) bila kita menemukan hal-hal yang "nyeleneh" ada materi pendidikan. Tentunya, harapan kita semua, bahwa pihak yang berkepentingan tersebut siap dan tanggap, serta dapat merespon setiap masukan yang diterima dengan cepat.

*Foto: Dokumen Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun