Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Bahasa dan Kebudayaan masyarakat turut menjadi perhatian, membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bolehkah Kota Oelamasi Mengimpikan Taman Bacaan?

25 September 2024   07:29 Diperbarui: 25 September 2024   07:42 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://interiordesign.id/desain-taman-baca

Perpustakaan Sekolah dan Taman Baca

Kabupaten Kupang sebagaimana kabupaten dan kota lainnya di Indonesia, hari-hari ini sedang berada di arus pilkada. Semua pasangan calon yang sudah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Kubupaten Kupang akan bersaing merebut hati masyarakat pemilih. Jumlah pemilih dalam wilayah Kabupaten Kupang menurut rilis KPU Kabupaten Kupang sebanyak 267.346 orang. sumber

Suatu kepastian bahwa semua pasangan calon akan memainkan narasi dan wacana yang isinya visi, misi dan program strategis.  Semua yang disodorkan kepada publik Kabupaten Kupang diharapkan menggugah emosi  kedekatan sehingga memudahkan untuk menjatuhkan pilihan. 

Banyak pertanyaan kiranya dapat diajukan kepada para pasangan calon bupati yang berhubungan dengan fokus pembangunan semesta di Kabupaten Kupang. Jika memberi atensi pada sektor X, maka bagaimana dengan sektor Y dan lainnya? 

Salah satu yang menarik untuk mendapatkan ulasan yang tak populis yakni taman baca.

Kita sudah mengetahui bahwa dunia pendidikan dasar ranah kewenangannya talah ada di tangan Pemerintah Kabupaten dan Kota. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama SMP). Bagaimana pendekatan yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Kupang, khususnya para calon bupati bila kelak terpilih. Mungkinkah akan menyediakan prasarana/sarana perpustakaan di sekolah-sekolah?

Sebagai informasi bahwa belum semua unit sekolah di Kabupaten Kupang mempunyai perpustakaan. Padahal, perpustakaan berfungsi sebagai berikut:


1. Pusat Sumber Belajar: Suatu perpustakaan sekolah dipastikan menyediakan berbagai bahan belajar sebagai sumbernya.  Buku-buku, koran, majalah, jurnal, dan kini buku digital, media digital. Semua itu akan memperkaya pengetahuan murid dan guru serta bila diperlukan lingkungan sekitar di mana sekolah berada. Perpustakaan sebagai sumber belajar selalu dapat membantu murid dan guru dalam tugas-tugas menulis, pengembangan literasi dan riset lainnya.

2. Mendukung Proses Pembelajaran: Dengan menyediakan akses ke bahan referensi dan sumber daya pendidikan, perpustakaan membantu guru dalam menyusun bahan ajar dan kepada para murid ada kesempatan untuk menemukan materi pelajaran yang diajarkan di kelas, memperdalamnya atau memperluas cakupan pengetahuannya.

3. Membangun Kecintaan Membaca: Perpustakaan sekolah sering menjadi tempat pertama bagi murid dan guru untuk menemukan kegembiraan/kesukaan membaca di luar buku teks. Hal yang demikian ini akan memupuk kebiasaan membaca yang baik dan memberi dampak positif sepanjang hidup mereka.

4. Literasi Informasi : Di zaman informasi digital yang berkembang pesat, perpustakaan sekolah juga berperan dalam mengajarkan murid dan guru cara mengakses, mengevaluasi, dan menggunakan informasi dengan bijak. Ini membantu mereka menjadi pengguna informasi yang kritis dan bijak.

5. Ruang Kegiatan Akademik dan Kreatif: Selain membaca dan belajar individu maupun kelompok, perpustakaan dapat menjadi tempat untuk berbagai kegiatan akademik seperti diskusi, debat, atau proyek kolaboratif. Ini dapat mendukung pembelajaran kreatif dan inovatif.

6. Pengembangan Karakter: Perpustakaan memberikan ruang yang tenang dan disiplin bagi siswa untuk belajar mandiri, yang dapat membantu dalam pengembangan karakter seperti kemandirian, tanggung jawab, dan ketekunan.

Dengan semua fungsi ini, perpustakaan bukan hanya sekadar tempat menyimpan buku, tetapi juga pusat pengembangan intelektual dan budaya literasi di sekolah.

 Maka, ketika satu unit sekolah didirikan bukan saja bangunan dengan ruang-ruang kelas yang diisi dengan perabot: meja, bangku/kursi dan rak buku, tetapi akan lebih baik dilengkapi dengan perpustakaan.

Bagaimana dengan Taman Baca?

Konsep dan Pengelolaan taman baca lebih informal. Sangatsering pengelolanya merupakan kaum yang peduli literasi sederhana (membaca, menulis, berbicara). Mereka menyebut diri misalnya sebagai Komunitas Literasi, sukarelawan,dan lainnya . Pengelolaannya bersifat amatiran dan ditempatkan di dalam lingkungan komunitas yang mudah dijangkau oleh anggota komunitas.

Koleksi bahan bacaan di taman baca lebih sederhana. Misalnya buku-buku umum, cerita anak-anak, majalah, dan buku-buku hiburan. Koleksinya lebih fokus pada bacaan ringan atau buku-buku untuk mengembangkan minat baca masyarakat. Hal ini memungkinkan untuk dikelola secara mudah bahkan oleh instansi formal sehingga tidak menerapkan manajemen perpustakaan yang formal dan profesional.


Dalam Taman baca cenderung memiliki fasilitas yang lebih sederhana. Beberapa bahkan beroperasi di ruang terbuka atau tempat-tempat umum yang nyaman untuk berkumpul. Jadi, dengan memanfaatkan ruang terbuka, akses ke sana lebih mudah, murah dan menyenangkan pengunjungnya. Fleksibilitas dalam hal mengakses bahan bacaan, dengan gaya mengadministrasikan pengunjung yang lebih mudah. Proses memimjan dan mengembalikan bahan bacaan secara lebih mudah oleh anggota komunitas.

Jadi, bila saja di dalam lingkungan kota Oelamasi, ibukota Kabupaten Kupang yang memiliki puluhan gedung "mewah" dan ada ruang-ruang terbuka, dapatlah di sana ditempatkan Taman-taman baca. Bukankah hal itu akan menjadikan Kota Olemasi sebagai suatu ibukota Kabupaten yang hendak membangun minat dan kebutuhan membaca dan dampak ikutannya?

Akh... 

Sampai di sini olah pikir belaka. Mungkin bukan untuk ibukota Kabupaten Kupang. Komunitas mana pun dapat membangunnya, bedanya, bila ada sentuhan "aturan" oleh Pemerintah suatu kota atau kabupaten, bukankah hal itu akan ada dampak yang lebih terlihat dan dirasakan

Umi Nii Baki-Koro'oto, 25 September 2024

Heronimus Bani ~ Pemulung Aksara

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun