4. Literasi Informasi : Di zaman informasi digital yang berkembang pesat, perpustakaan sekolah juga berperan dalam mengajarkan murid dan guru cara mengakses, mengevaluasi, dan menggunakan informasi dengan bijak. Ini membantu mereka menjadi pengguna informasi yang kritis dan bijak.
5. Ruang Kegiatan Akademik dan Kreatif: Selain membaca dan belajar individu maupun kelompok, perpustakaan dapat menjadi tempat untuk berbagai kegiatan akademik seperti diskusi, debat, atau proyek kolaboratif. Ini dapat mendukung pembelajaran kreatif dan inovatif.
6. Pengembangan Karakter: Perpustakaan memberikan ruang yang tenang dan disiplin bagi siswa untuk belajar mandiri, yang dapat membantu dalam pengembangan karakter seperti kemandirian, tanggung jawab, dan ketekunan.
Dengan semua fungsi ini, perpustakaan bukan hanya sekadar tempat menyimpan buku, tetapi juga pusat pengembangan intelektual dan budaya literasi di sekolah.
 Maka, ketika satu unit sekolah didirikan bukan saja bangunan dengan ruang-ruang kelas yang diisi dengan perabot: meja, bangku/kursi dan rak buku, tetapi akan lebih baik dilengkapi dengan perpustakaan.
Bagaimana dengan Taman Baca?
Konsep dan Pengelolaan taman baca lebih informal. Sangatsering pengelolanya merupakan kaum yang peduli literasi sederhana (membaca, menulis, berbicara). Mereka menyebut diri misalnya sebagai Komunitas Literasi, sukarelawan,dan lainnya . Pengelolaannya bersifat amatiran dan ditempatkan di dalam lingkungan komunitas yang mudah dijangkau oleh anggota komunitas.
Koleksi bahan bacaan di taman baca lebih sederhana. Misalnya buku-buku umum, cerita anak-anak, majalah, dan buku-buku hiburan. Koleksinya lebih fokus pada bacaan ringan atau buku-buku untuk mengembangkan minat baca masyarakat. Hal ini memungkinkan untuk dikelola secara mudah bahkan oleh instansi formal sehingga tidak menerapkan manajemen perpustakaan yang formal dan profesional.
Dalam Taman baca cenderung memiliki fasilitas yang lebih sederhana. Beberapa bahkan beroperasi di ruang terbuka atau tempat-tempat umum yang nyaman untuk berkumpul. Jadi, dengan memanfaatkan ruang terbuka, akses ke sana lebih mudah, murah dan menyenangkan pengunjungnya. Fleksibilitas dalam hal mengakses bahan bacaan, dengan gaya mengadministrasikan pengunjung yang lebih mudah. Proses memimjan dan mengembalikan bahan bacaan secara lebih mudah oleh anggota komunitas.
Jadi, bila saja di dalam lingkungan kota Oelamasi, ibukota Kabupaten Kupang yang memiliki puluhan gedung "mewah" dan ada ruang-ruang terbuka, dapatlah di sana ditempatkan Taman-taman baca. Bukankah hal itu akan menjadikan Kota Olemasi sebagai suatu ibukota Kabupaten yang hendak membangun minat dan kebutuhan membaca dan dampak ikutannya?
Akh...Â