Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Bahasa dan Kebudayaan masyarakat turut menjadi perhatian, membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Sehari Menenun sebagai Gagasan Belaka untuk Secarik Garis Kebijakan para Kandidat Kepala Daerah

17 September 2024   09:52 Diperbarui: 17 September 2024   15:29 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dr Maria Prasetyo, Pengurus Pusat Cinta Budaya Nusantara menenun | Foto: Dokumentasi pribadi Roni Bani

Pengantar

Bukan rahasia lagi bagi masyarakat adat Nusantara bahwa salah satu produk kerajinan rumahan yakni tenun. Beragam pendekatan digunakan untuk menghasilkan produk tenun, di antaranya dengan sotis, futus, dan tenun. 

Perlengkapan tenun pun ada yang masih tradisional dan sudah ada alat tenun yang semi modern yang memungkinkan produktivitas dalam jumlah besar, sambil mempertahankan atau bahkan meningkatkan kualitas hasil tenun.

Di Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam wilayah Kota Kupang terdapat sejumlah lokasi menenun. Kelompok para pengrajin tenun menyebut tempat mereka dengan sebutan Kampung Tenun. 

Di pedesaan kelompok sejenis hidup tak mau mati enggan, ngap-ngap saja, namun tetap ada saja produk tenunan. 

Saya hendak memastikan bahwa para kandidat kepala daerah sudah mencantumkan salah satu program strategis ini, menenun. Mengapa? Jawabannya sederhana, menenun bukan sekadar industri rumahan yang dikelola orang perorangan, namun dapat dikembangkan dalam bentuk kelompok dengan pembinaan dan pendampingan yang intens, sampai memuncak pada pameran dan penjualan, demonstrasi menenun sebagai ajang pariwisata.

Dampak Menenun sebagai Kerajinan Tangan Rumahan 

Provinsi Nusa Tenggara Timur selalu ada dalam singkatan NTT. Singkatan NTT sendiri sering dibuatkan kepanjangan yang variatif, ada yang memplesetkan dan ada pula yang membanggakan. Misalnya, Nusa Tolerensi Terbaik, Nusa Tenun Tais, dan lain-lain.

Banyaknya pulau di provnsi NTT dengan suku dan sub suku di dalamnya merupakan kekayaan yang khas. Kekayaan yang khas itu antara lain produk tenun dengan pendekatan pewarnaan dan motif yang berbeda. Ini semua memberi nuansa entitas yang beragam pada masyarakatnya.

Masyarakat Nusa Tenggara Timur, khususnya kaum perempuan di pedesaan memiliki ketrampilan tenun yang menjadikan mereka sebagai pengrajin. Maka pada tahun 2018 diadakan Festival Tenun di Sumba. Festival ini menarik perhatian Presiden Joko Widodo dan ibu negara Iriana Joko Widodo untuk turut menyaksikannya. Hal ini berlanjut paada 2019.

Suasana Festival Tenun di Sumba | timesindonesia.co.id
Suasana Festival Tenun di Sumba | timesindonesia.co.id

Jauh sebelum Festival Tenun diadakan di Sumba sebagai suatu pendekatan praktis menarik wisatawan, menggerakkan ekonomi masyarakat dan melestarikan budaya menenun, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur sudah mengeluarkan kebijakan agar setiap hari Kamis anggota pegawai negeri sipil mengenakan busana daerah (busana tradisional dari produk tenun).

Hal ini diperkuat lagi ketika Gubernur NTT, Victor Bungtilu Laiskodat menjabat. Ia bahkan mewajibkan untuk mengenakannya pada setiap Selasa dan Kamis. Maka kaum perempuan penenun makin ada dalam area gerak maju. Produk tenunan makin diminati, bahkan telah merambah dunia mode.

Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Timur pada tahun 2023 menerapkan kebijakan mendukung UMKM dengan mengenakan produk tas yang bahannya dari kain tenun.

Sumber: penatimor.com
Sumber: penatimor.com

Kebijakan-kebijakan ini kiranya perlu mendapat apresiasi terutama untuk menggerakkan kelomok-kelompok tenun di dalam masyarakat baik di perkotaan mau pun di pedesaan.

Jika demikian, bukankah menarik jika Provinsi Nusa Tenggara Timur menempuh suatu langkah bijak untuk menempatkan sehari dalam Festival Tenun yang diadakan serentak di seluruh pronvisi. Tidakkah hal ini akan menarik wisatawan untuk menyaksikannya sekaligus berdampak sosial ekonomi?

Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) ada di ibukota provinsi, dan dipastikan ada pula di ibukota Kabupaten dan Kota. Bukankah Dekranasda dapat berkolaborasi dengan pemerintah daerah untuk maksud penyelenggaraan sehari menenun serentak?  

Bila provinsi NTT belum dapat dilakukan secara serentak, akan baik bila ada di kota dan kabupaten. Hal ini tentu akan membuka peluang untuk kunjungan dari satu tempat ke tempat lainnya. Pada saat yang demikian itu, kiranya ada pula pameran dan penjualan produk UMKM di daerah-daerah.

Akh...

Ini hanyalah buaian belaka. Terima kasih. hehe...

Umi Nii Baki-Koro'oto, 17 September 2024

Heronimus Bani ~ Pemulung Aksara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun