Sang pemuda tidak kecewa atas kegagalannya untuk meraih cita-cita. Ia kembali dan menerima tugas sebagaimana ditawarkan kepadanya oleh Sang Gembala.
Ia dikukuhkan di hadapan jemaat dalam satu upacara menurut dogma dan liturgi yang dianut.Â
Belum seminggu usia pengukuhannya, ia jatuh sakit yang sangat mencemaskan. Penyakit yang mendera tubuhnya tak memberi peluang untuk upaya pencegahan, kecuali harus ke fasilitas kesehatan terdekat dan sangat besar kemungkinannya untuk dirujuk. Semangatnya menjadi rapuh, orang  dalam lingkaran rumah tangga itu pun linglung.
Dalam kelimpungan itu, Sang Gembala dan rekan-rekan mendorong teramat kuat untuk membawanya ke fasilitas kesehatan terdekat, namun ditolak secara halus atas alasan yang tak dapat diterima akal sehat. Menurut ayahnya, pemuda ini diserang orang pintar komplikasi angin jahat. Maka, langkah pengobatan yang ditempuh yakni membawanya ke tempat perawatan alternatif.
Di rumah tempat perawatan alternatif, doa didaraskan, mulut mengunyah ramuan obat yang selanjutnya disemburkan pada tubuh yang lemah.
Bukannya terjadi perubahan yang menunjukkan tanda-tanda kesembuhan, ia justru makin parah, dan sudah tidak dapat menelan bubur sekali pun. Lalu atas desakan keluarga dan  Sang Gembala bersama rekan-rekannya, ia dibawa ke kota untuk menuju ke rumah sakit. Ternyata, mereka membelokkannya.
Sang Gembala mendahului untuk menanti di kota agar segera membawa pasien ke rumah sakit, namun penantiannya menjadi hambar. Anggota keluarga yang membawa pasien justru menitipkannya di rumah saudara mereka yang menetap di kota.
Sang Gembala akhirnya harus mencari pasien yang juga rekan kerja. Ia menemukannya sudah sekarat, namun dipaksakan untuk dibawa ke rumah sakit, tetapi untung tak diraih, malang sajalah yang diterima.
Sang Gembala menangis dalam sambuannya ketika upacara penguburan jenazah. Ia sungguh-sungguh menyampaikan suara gembala dengan derai air mata. Ia sungguh sangat berharap agar tidak terjadi lagi peristiwa yang sama yakni keteledoran anggota keluarga membawa pasien ke rumah sakit.
Siapa yang mendengarkan?
Ketiga.  Seorang gadis terlihat sehat-sehat saja. Ia riang pada kesehariannya bersama adik-adiknya di rumah. Bahkan keriangannya bertambah ketika mengetahui bahwa ibunya sedang mengandung seorang calon bayi laki-laki sehingga mereka akan segera mempunyai adik laki-laki yang mungkin satu-satunya di rumah itu. Ia dan dua adiknya semuanya perempuan. Maka, kelahiran seorang adik laki-laki bagi mereka tentulah sangat menyenangkan.