Suasana ruang kelas tiba-tiba sangat riuh. Semua murid meninggalkan ruangan tanpa meminta izin. Semuanya berlarian seakan hendak berlomba mencapai garis akhir dan keluar sebagai pemenang. Apa penyebabnya?
Bunyi yang teramat keras dari mesin dan baling-baling helikopter menjadi pemicunya. Helikopter terbang melintas di atas bentang alam  atas di desa. Anak-anak pun riang oleh karena mereka dapat melihatnya bagai sedang melihatnya di lokasi tempatnya parkir atau dipamerkan, padahal helikopter itu sedang terbang. Terbangnya di atas bentang alam desa kurang lebih 3 menit saja.Â
Menyaksikan helikopter terbang di atas bentang alam desa tentu menjadi pengalaman menarik pada anak-anak di pedesaan. Mereka akan meluapkan kegembiraan tanpa peduli suasana sekitar, apakah sedang belajar bersama guru atau sedang melakukan hal lain bila berada di dalam kelas.
Hal ini kadang terjadi, karena sangat jarang helikopter terbang melintas di pedesaan seperti itu.Â
Sesudah mereka mendongak untuk dapat melihat helikopter, mereka bergandengan masuk kembali ke ruang belajar sambil bercerita. Ceritanya yakni, sebagai orang yang tiba di luar ruangan terlebih dahulu. Setibanya di luar ruangan, segera mendongak dan melayangkan mata mengikuti arah terbangnya helikopter itu.
Akh... Anak desa.
Kembali ke dalam ruang belajar. Guru manakah yang kecewa? Tidak ada!
Terdengar dari setiap ruang belajar/kelas, mereka bersemangat kembali. Guru bersuara lantang, murid pun demikian. Ada yang membaca dengan bersuara. Terlihat murid yang membaca diam di kelas tinggi (4,5,6) dominan. Lalu bersama-sama dengan guru membahas dalam tanya-jawab tentang materi yang mereka baca.
Sementara itu di kelas rendah, kelas 1 , 2 dan 3, keriuhan terjadi. Suara murid yang membaca keras terdengar, dibarengi murid yang mengganggu, dan guru yang menegur... hehe...
Betapa helikopter menjadi "alat pacu" baru bagi anak-anak di pedesaan pada saat kegiatan mengajar-belajar sedang terjadi.