Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Bahasa dan Kebudayaan masyarakat turut menjadi perhatian, membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Riangnya Anak Melihat Helikopter

27 Agustus 2024   08:57 Diperbarui: 27 Agustus 2024   09:03 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.detik.com/

Suasana ruang kelas tiba-tiba sangat riuh. Semua murid meninggalkan ruangan tanpa meminta izin. Semuanya berlarian seakan hendak berlomba mencapai garis akhir dan keluar sebagai pemenang. Apa penyebabnya?

Bunyi yang teramat keras dari mesin dan baling-baling helikopter menjadi pemicunya. Helikopter terbang melintas di atas bentang alam  atas di desa. Anak-anak pun riang oleh karena mereka dapat melihatnya bagai sedang melihatnya di lokasi tempatnya parkir atau dipamerkan, padahal helikopter itu sedang terbang. Terbangnya di atas bentang alam desa kurang lebih 3 menit saja. 

Menyaksikan helikopter terbang di atas bentang alam desa tentu menjadi pengalaman menarik pada anak-anak di pedesaan. Mereka akan meluapkan kegembiraan tanpa peduli suasana sekitar, apakah sedang belajar bersama guru atau sedang melakukan hal lain bila berada di dalam kelas.

Hal ini kadang terjadi, karena sangat jarang helikopter terbang melintas di pedesaan seperti itu. 

Sesudah mereka mendongak untuk dapat melihat helikopter, mereka bergandengan masuk kembali ke ruang belajar sambil bercerita. Ceritanya yakni, sebagai orang yang tiba di luar ruangan terlebih dahulu. Setibanya di luar ruangan, segera mendongak dan melayangkan mata mengikuti arah terbangnya helikopter itu.

Akh... Anak desa.


Kembali ke dalam ruang belajar. Guru manakah yang kecewa? Tidak ada!

Terdengar dari setiap ruang belajar/kelas, mereka bersemangat kembali. Guru bersuara lantang, murid pun demikian. Ada yang membaca dengan bersuara. Terlihat murid yang membaca diam di kelas tinggi (4,5,6) dominan. Lalu bersama-sama dengan guru membahas dalam tanya-jawab tentang materi yang mereka baca.

Sementara itu di kelas rendah, kelas 1 , 2 dan 3, keriuhan terjadi. Suara murid yang membaca keras terdengar, dibarengi murid yang mengganggu, dan guru yang menegur... hehe...

Betapa helikopter menjadi "alat pacu" baru bagi anak-anak di pedesaan pada saat kegiatan mengajar-belajar sedang terjadi.

Nekmese-Amarasi Selatan, 27 Agustus 2024

Heronimus Bani ~ Pemulung Aksara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun