Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Bahasa dan Kebudayaan masyarakat turut menjadi perhatian, membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Gratiskah Penyelenggaraan Pendidikan di Indonesia Dewasa Ini?

16 Juli 2024   13:20 Diperbarui: 16 Juli 2024   23:02 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Webinar pendidikan yang diikuti para guru dari tempat duduknya di ruang kelas atau ruang guru, dipastikan tanpa pungutan. Guru tinggal klik lalu muncul layar webinar, wajah terlihat, suara terdengar, dan selanjutnya mengikuti paparan narasumber disertai tanya jawab. Pada sesi lain, akan disebarkan daftar hadir yang wajib diisi bila ingin mendapatkan sertifikat webinar itu. Mungkinkah semuanya gratis?

Tidak! Sekali lagi tidak!

Guru mana pun dipastikan mesti mengeluarkan sejumlah uang untuk membiayai webinar. Bukankah menghubungkan laptop atau handphone android dengan jaringan internet dibutuhkan biaya? Tidak ada provider yang menyediakan jasa jaringan internet secara gratis. Semuanya berbayar sesedikit apapun itu, itulah pembiayaan. Jadi, tentulah webinar itu tidak gratis.

Pada daerah-daerah yang tidak/belum terjangkau jaringan internet, bukankah para guru harus meninggalkan rumah atau sekolah untuk menemukan titik tempat adanya jaringan internet? Mereka perlu mengeluarkan biaya. Biaya transportasi, pulsa/paket data, dan konsumsi. Penyelenggara webinar tentu saja tidak memungut anggaran belanja dari para peserta, namun peserta mesti "berkorban" untuk maksud menghadiri webinar.

Bagaimana dengan Platform Merdeka Mengajar?

Platforma Merdeka Mengajar dan sejumlah item di dalamnya, tentulah gratis disediakan oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Mari membayangkan bahwa di sana ada webinar, belajar/diklat mandiri, dan lain-lain. Semua materi yang disediakan di sana ditempat pada Platform YouTube. Selanjutnya para guru mesti mengakses internet dengan menggunakan mesin pencari, Google, dan sejenisnya. Tidakkah YouTube dan Google "menyerap" uang dari konsumennya?

YouTube dan Google sebagai penyedia jasa yang memanfaatkan gelombang elektromagnetik yang telah direkayasa dalam teknologi informasi, dipastikan memberikan "balas jasa" kepada penggunanya. Balas jasa dapat dipastikan berupa mengisi pundi-pundi.  

Jika demikian, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi patutlah diasumsikan telah menjadi jembatan penyeberangan aliran uang dari para guru yang mengakses Platform Merdeka Mengajar, baik untuk diklat mandiri, pengelolaan kinerja, dan lain-lain kepentingannya. Maka, dapatlah disimpulkan bahwa tidak ada yang gratis di zaman digitalisasi ini.

Penutup

Bila hidup dalam zaman digitalisasi dengan jargon kemudahan dan banyak hal yang didapatkan secara cuma-cuma alias gratis, maka tentulah kita perlu menimbang lagi. Gratiskah?

Mungkinkah yang gratisan itu akan memberi dampak lebih baik dalam dunia belajar-mengajar di sekolah? Semoga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun