Bahasa manusia di dunia, menurut data yang disajikan Ethnologue sebagaimana dikutip kembali oleh https://indonesiabaik.id/ disebutkan terdapat 7.164 bahasa. Mencengangkan, bukan?Â
Dari situs yang sama di sana terdapat ilustrasi yang menggambarkan bahasa terbanyak yang dimiliki oleh negara-negara di dunia. Indonesia menempati urutan kedua sesudah Papua. Jumlah bahasa di Indonesia sebanyak 720 bahasa, dan patutlah dibanggakan namun perlu kerja keras dan cerdas dalam kerangka pelestariannya.
Dalam situs Ethnologue sebagaimana disebutkan di atas, di sana ada kategori bahasa secara:
- kelembagaan (institutional) artinya, bahasa itu telah berkembang, digunakan dan dipertahankan di luar komunitas penuturnya sendiri. Jumlahnya mencapai 492 bahasa di seluruh dunia.
- Stabil (stable) artinya, bahasa-bahasa itu kurang mendapatkan dukungan lembaga formal, namun masih tetap hidup di tengah masyarakat pemilik dan penuturnya, bahkan generasi mudanya pun menggunakannya secara baik. Jumlahnya mencapai 3593 bahasa di seluruh dunia.
-  Terancam punah (endangered) artinya, bahasa-bahasa itu terancam punah, penggunanya hanya pada generasi tua, sementara kaum mudanya menggunakan bahasa yang sudah umum dari luar. Jumlahnya mencapai  3072 bahasa di seluruh dunia.
- Punah (extinct) artinya, bahasa yang tidak lagi digunakan dan tidak seorang pun mempunyai rasa identitas etnis dari bahasa itu. Jumlahnya mencapai 451 bahasa di seluruh dunia.
Jika berefleksi pada data sebagaimana yang disajikan oleh Ethnologue, kita patut membangun kesadaran untuk mempertahankankan bahasa daerah yang menjadi bahasa ibu, bahasa yang pertama kali digunakan di rumah, dan yang paling mudah dipahami.
Bagaimana upaya pelestariannya? Â Banyak institusi pemerhati bahasa giat melakukan dokumentasi bahasa dan riset, hingga produk tertulisnya. Salah satunya, Unit Bahasa dan Budaya GMIT (UBB GMIT) Kupang. UBB GMIT Kupang berada di bawah Majelis Sinode Gereja Masehi Injili di Timor.Â
UBB GMIT telah bekerja untuk bahasa-bahasa dalam Melayu Kupang, Klaster Rote-Hawu, Klaster Bahasa Meto', Helong, Tetun, dan Klaster Alor. Beberaa di antaranya telah meluncurkan Perjanjian Baru, sementara lainnya masih dalam proses kerja.
Dalam Klaster Bahasa Meto' terdapat, Amarasi-Kotos, Amarasi Roi'is, Amfo'an, Amanuban, dan Amanatun. Masih terdapat beberapa di antaranya yang membutuhkan perhatian UBB GMIT, dan tentu saja belum waktunya.
Produk Perjanjian Baru dalam Klaster Bahasa Meto' yakni Amarasi-Kotos, sementara lainnya masih dalam proses kerja. Amarasi-Roi'is, Amfo'an, Amanuban sudah meluncurkan Injil Markus dalam bahasanya masing-masing.
Pada Jumat (5/7/24) bertempat di gedung gereja Jemaat Efata Nunkolo, telah dilangsungkan ibadah secara istimewa dalam rangka peluncuran Injil Markus yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Amanatun. Peluncuran Injil Markus ini disertakan pula Siit Knino dalam Bahasa Amanatun. Satu paket yang menarik dan memberkati.
Dalam ibadah ini, hadir banyak pemangku kepentingan di antaranya:
- Majelis Sinode Harian GMIT, yang diwakilkan kepada Pnt. Yefta Sanam, SE., M.M
- Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan (Pj. Bupati, Pj. Sekretaris Daerah) dan para Camat dalam wilayah Amanatun Raya
- Para Ketua Majelis Klasis di sekitar wilayah Amanatun, Ketua Majelis Jemaat dan fungsionaris lainnya dalam gereja/jemaat GMIT
- Ketua Majelis Klasis lainnya yang berkesempatan: Ketua Majelis Klasis Harian Amarasi Selatan, dan Ketua Majelis Klasis Harian Pantar Timur (Klaster Alor)
- Rombongan UBB GMIT terdiri dari:
- Konsultan Ahli, Prof. Dr. Charles Grimes, Ph.D; Dr. Barbara Dix Grimes, Ph.D, Pembina Tim, Pendamping Tim
- Tim-tim Penerjemah, Staf Administrasi, Staf Media dan Bagian Pengembangan Pendidikan Berbasis Bahasa Daerah
- Jemaat pada umumnya di Nunkolo dan sekitarnya
Semua yang menghadiri ibadah ini terlihat sangat bersyukur oleh karena bahasa daerah Amanatun telah dapat berwujud dalam tulisan. Bahasa yang hanya dipakai sebagai bahasa lisan, kini telah dapat ditulis. Maka, menjadi bagian yang akan dipelajari.
Pada kesempatan ini, harapan-harapan umum yang disampaikan oleh para pembicara yakni:
- Bahasa lisan menjadi bahasa tulisan patutlah untuk dipakai. Semua orang Amanatun perlu belajar untuk membaca teks-teks berbahasa Amanatun, terutama Injil yang sudah diterjemahkan, walau baru ada Injil Markus
- Injil lainnya kiranya akan terus dikerjakan hingga dapat diterbitkan/diluncurkan agar dipakai dalam tugas-tugas pemberitaan di gereja/jemaat berbahasa Amanatun, demikian hal yang sama dengan buku nyanyian, Siit Knino'.
- Masyarakat Amanatun Raya perlu untuk terus mempertahankan bahasa daerah. Hal ini beralasan karena Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi telah memberikan penghargaan kepada Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan. Penghargaan sebagai daerah yang kokoh memelihara bahasa daerah dan kebudayaannya.
Pada akhir kegiatan, para tokoh mendapatkan hadiah buku Injil Markus dan Siit Knino' secara gratis. Sementara umat/jemaat merogoh koceknya untuk membeli. Begitulah bila menjadi pejabat dan tokoh. Selalu saja ada pengalaman yang sama. Â Semoga pada kesempatan peluncuran untuk kitab lainnya, para pejabat dapat merogoh kantongnya untuk membei dalam jumlah tertentu dan memberikanya secara gratis kepada umat/jemaat/masyarakat.
Umi Nii Baki-Koro'oto, 9 Juli 2024
Heronimus Bani ~ Pemulung AksaraÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H