Kunjungan anggota legislatif selalu memberi "harapan" untuk membaharui aspirasi yang terselip di antara timbunan folder desktop dan laptop pengambil kebijakan.Â
Anggota legislatif akan "melengkingkan nada" dalam rapat dengar pendapat dengan instansi terkait yang bersentuhan langsung dengan kepentingan dan kebutuhan masyarakat. Mungkinkah lengkingan nada itu akan mengalirkan irama syahdu penenang jiwa dan raga masyarakat Amfoang?
Badai Seroja (2021) telah meluluhlantakkan harapan kehidupan yang nyaman di Amfoang Raya pada umumnya. Kegemasan dan kecemasan atas infrastruktur jalan yang belum tersentuh secara cukup baik, malah dihancurkan oleh Seroja. Pemukiman penduduk dilanda banjir, sungai tak segan memuntahkan kegeraman pada kaum yang menghuni area sekitarnya.Â
Bagai sedang murka, Seroja tak memberi ruang dan peluang untuk memohon maaf dan ampunan. Ia terus menerjang hingga jembatan yang dianggap paling kuat pun akhirnya ambruk. Jembatan Termanu dan Kapsali. Dua jembatan vital di pesisir Barat Daya dan Barat Laut Amfoang.Â
Sementara itu, beberapa titik tempat di mana kali berkali-kali harus dilintasi, di sana bangunan jembatan dan dueker pun "mengancam" keselamatan pengguna jalan. Kewaspadaan tinggi pada pengguna jalan baik yang sudah terbiasa, terlebih mereka yang pertama kainya ke wilayah itu.
Badai Seroja meninggalkan kisah pilu. Masyarakat Amfoang Raya yang merasa "tertinggal" kini bagai sedang dikucilkan oleh Seroja. Jembaatan panjang dan jembaatan kecil yang putus, pengikisan badan jalan, sungai yang belum dapat sentuhan jembatan, semua itu menjadi catatan mengesankan "keterkucilan" Amfoang Raya.
Tidak!Â
Pemerintah Daerah dan Pusat tentulah tidak sedang berpangku tangan sambil ongkang kaki.
Jembatan Termanu (Talmanu') sudah mendapatkan sentuhan perbaikan pada tahun 2021.