Kapal feri terus membelah gelombang. Beberapa saat air laut terpercik ke dalam lantai kapal. Beberapa penumpang menggeser posisi duduk menghindari siraman air laut.
Saya beranjak ke lantai atas. Penuh. Pintu ruang VIP ditutup rapat. Ruang kelas Bisnis  penuh. Asap rokok di mana-mana tanpa peduli penumpang perempuan yang hamil, gadis-gadis, dan anak-anak. Mungkin demikian adanya karakter penumpang yang menggunakan jasa pelayaran ASDP. Saya sendiri sesungguhnya lebih suka menggunakan jasa pelayaran feri cepat, tapi kali ini tidak ada. Sementara bila menggunakan pesawat yang hanya satu jam dari Kalabahi ke Kupang dan sebaliknya, kantong mesti ditebalkan lagi.
Pukul 02.40 WITa kapal feri ASDP sandar di Pelabuhan Feri Bolok. Seluruh penumpang menyiapkan diri dan akhirnya kami tiba di darat.
Hari masih amat pagi, belum banyak  kendaraan lalu-lalang di jalan dari Bolok ke kota Kupang. Sepi. Sangat mungkin untuk melaju dengan kecepatan sebisa mungkin.  Tiba di Oesao, seorang pemilik kios telah membuka usahanya. Saya mampir sebentar mengisi tanki motor dengan dua liter bahan bakar.
Perjalanan dilanjutkan, dan ketika tiba di rumah waktu menunjukkan pukul 05.10 WITa.
Terima kasih Tuhan untuk perlindungan-Mu, baik pada hamba-Mu ini, pada anak Ansel Bani di Lawahing selama menjalani masa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT), orang-orang yang ditemuinya, dan pelayaran maupun penerbangan yang membawa pergi dan pulang.
Umi Nii Baki-Koro'oto, 4 Juni 2024
Heronimus Bani ~ Pemulung Aksara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H