Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Bahasa dan Kebudayaan masyarakat turut menjadi perhatian, membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Nada Demokrasi itu

27 Maret 2024   09:57 Diperbarui: 27 Maret 2024   10:05 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nada Demokrasi itu

Nada demokrasi itu menggema,
mendayu-dayu dari ruang-ruang para akademisi
meraung-raung pada hamparan cakrawala
mengaum di antara celah bukit dan gunung
menjerit manakala melintasi selat dan tanjung

Politikus gaek berteriak di pentas berakhlak mulia
kaum elit turut meneriakkan yel-yel kedahsyatan moral
memproklamasikan kemegahan dan kekukuhan hukum
menyisakan legacy keharuman semu dalam nada sumbang
terbahak di singgasana kemuliaan ketika lawan tumbang

Kaum limited duduk terpekur di kolong kemaksiatan nilai
membawa tangan bertadahmohonkan kepedulian rahmat
menelisik ujaran janji pada bibir bergincu kemewahan semu
di sana ada bunyi dan getaran berlain-lainan dengan wujudnya
padahal kaum limited terus meradang pada etika kaum elit

Nada demokrasi itu bergema,
tampillah kaum muda pesorak warnanya
membentang aksara ukuran besar, siapa menggubris?
menghadapkan corong beraliran kritik, mana menoleh?
pulanglah kamu ke dalam bilik berbayarmu, menyesallah!

akh...

Nada demokrasi itu
akan terus menggema dan mengalun
relung hati berakhlak mulia memuat varian kecerdasan
benak mengukir moral sambil meniti etika kemuliaan
hendak membawa bangsa menuju kemaslahatan

Siapakah yang akan mewujudkan visi bangsa ini?

Politisi?
Birokrat?
Teknokrat?
Konglomerat?
Pengusaha?
Profesional?
Akademisi?
Mahasiswa?
Pelajar?
Nitizen?
Kaum tani-nelayan?
Kaum buruh-pedagang kaki lima?

Mari berefleksi... .

Heronimus Bani

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun