Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Bahasa dan Kebudayaan masyarakat turut menjadi perhatian, membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pendekatan Konteks pada Pengembangan Minat Baca Murid SD Inpres Nekmese

21 Februari 2024   10:38 Diperbarui: 13 Agustus 2024   16:14 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Program KoMBAD UBB GMIT; foto: Roni Bani

Seorang guru bukan hanya sebagai pengasah pikiran saja, melainkan juga sebagai pendidik budi pekerti. (RA Kartini)

Mula Kata

Ketika membaca quotes sebagaimana yang saya kutip untuk tulisan ini, saya mendapat inspirasi menulis. Saya rindu menulis satu bagian kecil dan sederhana dari apa yang dibuat untuk pengembangan minat baca murid SD Inpres Nekmese. SD Inpres Nekmese tempat kami 10 orang guru mengabdi.

Kami menyadari bahwa murid-murid kami belum seluruhnya lancar membaca. Masih ada beberapa di antaranya yang berada pada tahap mengeja. Guru Kelas dan Guru Mata Pelajaran tiada henti-hentinya memotivasi murid untuk belajar membaca sampai menemukan pendekatan yang tepat.

Salah satu di antara pendekatan itu disebutkan namanya, KoMBAD ~ Konteks Multi Bahasa Anak Didik. KoMBAD dikembangkan oleh Unit Bahasa dan Budaya  (UBB) GMIT Kupang. 

KoMBAD sedang dalam uji coba tahap kedua di sekolah dasar. SD Inpres Nekmese menjadi salah satu sekolah yang dipilih oleh UBB GMIT Kupang untuk uji coba ini.

Program KoMBAD UBB GMIT; foto: Roni Bani
Program KoMBAD UBB GMIT; foto: Roni Bani

KoMBAD menggunakan pendekatan bahasa daerah dari mana anak didik berbahasa. Bahasa daerah yang dipergunakan untuk pembelajaran dengan pendekatan KoMBAD di SD Inpres Nekmese yakni Bahasa Amarasi. 

Bahasa Amarasi merupakan salah satu cabang dari induk bahasa, Uab Meto' (Bahasa Meto') yang hidup namun mulai tergerus ketika segala kaum berada di era globalisasi

Di samping KoMBAD, sebagai bentuk pengembangan program pembelajaran yang kontekstual, kami mengembangkan satu produk kecil dan sederhana yang kami sebut Re'u Kninu' (Obat Mujabar yang Kudus).

Minat Baca Murid SD Inpres Nekmese

SD Inpres Nekmese telah mengalami perubahan nomenklatur menjadi Unit Pelaksana Teknis Daerah Sekolah Dasar Inpres Nekmese (UPTD SD I Nekmese).  

Perubahan ini terjadi ketika Bupati Kupang mengeluarkan Peraturan Bupati Nomor 24 tahun 2023 tanggal  13 Juli 2023. Perubahan ini diikuti dengan pelantikan para kepala sekolah yang selanjutnya disebut sebagai kepala unit. 

Pelantikan dilaksanakan pada 28 Desember 2023 dengan mengambil tempat di Gedung Olahraga Kabupaten Kupang. 

Pelantikan dalam jumlah besar karena melibatkan sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan instansi teknis lainnya yang tersebar di seluruh kecamatan dalam wilayah Kabupaten Kupang.

***

Kembali ke Minat Baca Murid SD Inpres Nekmese.

Murid SD Inpres Nekmese suka membaca. Mereka membaca di perpustakaan yang menyediakan buku fiksi dan non fiksi. Lima ratusan judul buku tersedia di perpustakaan, dengan tingkat kunjungan setiap harinya terkategori rendah. 

Hal ini disebabkan minat baca yang belum naik. Murid lebih suka pada suasana bermain pada waktu istirahat daripada ke perpustakaan. Jika mereka akan beramai-ramai ke perpustakaan, hal itu terjadi karena mobilisasi oleh guru.

Pendekatan untuk membangkitkan minat baca terus digalakkan oleh kami. Guru-guru mendapatkan pelatihan dengan harapan dapat berkreasi di ruang kelas pada saat pembelajaran dengan pendekatan bahasa daerah. 

Pelatihan itu sebagaimana telah saya tulis di sini dan ada produk sederhana seperti yang ditunjukkan dalam artikel di sini.

Produk buku berbahasa daerah SD Inpres Nekmese, foto: Roni Bani
Produk buku berbahasa daerah SD Inpres Nekmese, foto: Roni Bani

Murid-murid pun mulai giat membaca. Kami belum adakan riset sederhana untuk mengetahui sejauh mana tingkat kemampuan baca mereka, terutama membaca pemahaman. 

Membaca lancar saja belum jaminan memahami. Maka, kami sungguh berharap akan peningkatan dari membaca lancar ke membaca pemahaman.

Dalam gerak senyap kami berusaha agar ada produk sederhana. Kami bagikan kepada murid untuk membaca. Seperti produk tertulis apa yang kami sebut Re'u Kninu'.  

Re'u Kninu' berupa buku dengan tebal 12 halaman dihitung mulai dari kulit buku dan isinya. Pada kulit buku ada judul, selanjutnya pengantar, isinya berupa sajian refleksi bahan pelajaran Pendidikan Agama yang dikemas dalam dua bahasa: Bahasa Indonesia dan Bahasa Amarasi; halaman berikutnya ada lagu-lagu dengan solmisasi dan pada akhirnya ada pertanyuaan untuk diskusi. 

Buku sederhana untuk kepentingan mendongkrak minat baca murid; Foto: Roni Bani
Buku sederhana untuk kepentingan mendongkrak minat baca murid; Foto: Roni Bani

Kami membagikan buku sederhana ini kepada para murid. Mereka membaca baik di sekolah dan diizinkan untuk membawa buku ini ke rumah. 

Pesan kepada mereka, buku itu dapat dibaca bersama orang tua dan saudara di rumah. Materi diskusi dapat didiskusikan di rumah dengan anggota keluarga (ayah, ibu, saudara) dan di sekolah dengan teman-teman.

Akhir Kata

Dunia dan seluruh perkembangan yang terjadi di dalamnya, kiranya dapat dilihat dan diketahui dalam beragam versi pada zaman ini. 

Media arus utama seperti: koran, majalah, televisi, radio; kini ditambahkan dengan media sosial yang dapat dibuat oleh siapa pun tanpa batasan.

Buku menjadi salah satu di antara pendekatan untuk mengetahui isi dan perkembangan beragam hal di dunia ini. Membaca merupakan caranya. Buku dapat saja bertumpuk-tumpuk di ruang perpustakaan, tetapi akan hancur dimakan rayap bila tak disentuh untuk dibaca. 

Buku dapat ditulis oleh para penulis. Mereka mengirimkannya ke perpustakaan. Toko buku menjual produk buku dari para penerbit. Semua buku hanya dapat diketahui isinya bila dibaca.

Di sekolah, para guru bukan saja sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai motivator dan panutan dalam membaca. Bagaimana guru "memaksa" murid membaca, bila guru sendiri tidak rajin membaca?!

Umi Nii Baki-Koro'oto, 21 Februari 2024
Heronimus Bani

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun