Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Suka membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa. Menulis puisi sebisanya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memaknai Penghormatan Kepada Tuhan dalam Minggu Sengsara Yesus dan Implikasinya

20 Februari 2024   19:38 Diperbarui: 20 Februari 2024   20:38 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mula Kata

Sinode Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) dalam tahun 2024-2027 sebagai periode pelayanannya menetapkan tema sentralnya yakni: Lakukan Keadilan, Cintai Kesetiaan dan Hidup Rendah Hati di Hadapan Allah (bdk.Mikha 6:8). Selanjutnya untuk tahun pertama yaitu tahuh 2024 ini tema pelayanannya yakni: Hormati Tuhan, berlaku adil, jaga keutuhan bangsa untuk damai sejahtera (bdk.Maz.85:9-14).

Periode kepemimpinan dalam Sinode GMIT yakni 4 tahun. Setiap 4 tahun kepemimpinan Sinode GMIT dipilih dan ditetapkan dengan nama yang sama Majelis Sinode GMIT.  Majelis Sinode GMIT Harian terpilih terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris, Bendahara dan Wakil Bendahara serta beberapa anggota, termasuk para Ketua Majelis Klasis sebagai anggota Majelis Sinode (ex-officio). Dalam menjalankan fungsinya ada berlaku kesetaraan apa yang disebut dengan collegial pastoral. 

Tulisan ini tidak hendak masuk ke dalam kepemimpinan Sinode GMIT. Sepenggal arah tulisan ini menuju kepada irisan kecil bermakna besar yakni Hormati Tuhan... dampaknya pada keutuhan bangsa untuk damai sejahtera. Mungkinkah itu terjadi? 

Akh...

Skeptiskah ketika inspirasi menulis ini muncul? Boleh jadi demikian dan atau biarlah ulasan ini memberi jawaban padanya.


Konteks Penghormatan kepada Tuhan dalam Ziarah Umat-Nya menurut Kitab Para Hakim

Dalam ziaran umat manusia yang tercatat di dalam Alkitab, komunitas umat manusia yang paling menonjol yakni umat Israel yang disebut bangsa pilihan Allah. Banyak catatan dalam Alkitab yang menunjukkan keterpilihan Israel sebagai bangsa/umat yang disayangi, bahkan telah dijanjikan oleh Tuhan Allah sendiri melalui orang pilihan-Nya seperti: Abraham dan Yakob. Kakek - cucu, demikian hubungan Abraham dan Yakob. Ini tidak berarti tulisan ini mengabaikan Ishak. Alkitab (PL) mencatat Abraham sebagai orang yang menerima janji berkat dari Tuhan, dan ditegaskan kembali kepada anak dari Ishak, yakni Yakob.

Nama Yakob diganti dengan nama baru yakni Israel (Kej.32:24-30). Pembaca budiman dapat membaca artikel berikut ini di sini. Tentu bukan satu-satunya yang dapat mencerahkan.

Selanjutnya sebagai satu orang pribadi bernama Yakob yang telah berganti nama menjadi Israel, berketurunan yang disebut 12 suku bangsa Israel atau sebutan lainnya yakni Bani Israel. Bani Israel menjadi satu bangsa besar, bangsa pilihan.

Sebagai bangsa pilihan, mungkinkah mereka taat pada Tuhan Allah sebagai yang patut dijunjung dan dihormati selamanya? Faktanya tidak demikian. Mereka "dibuang" ke Mesir untuk memelihara kehidupan mereka ketika kelaparan melanda dunia. Tuhan menyediakan tempat di sana dengan menempatkan Yusuf sebagai penyelamat di bawah kontrol pemerintahan Firaun (Kej.46 dst). Yakob yang telah menjadi Israel mengucapkan berkat kepada masing-masing anak-anaknya, dengan menambahkan berkat pada dua orang cucunya yang diterimanya sebagai anak. Ia.menghembuskan nafas terakhir di Mesir. (Kej.48, 49 dan 50:1-15).

Semua catatan ini sebagai pra sejarah umat Tuhan dalam ziarah mereka menuju satu bangsa dalam satu negara. 

Ziarah bangsa ini berlanjut sesudah mereka keluar dari Mesir sebagai tanah perbudakan. Mereka tiba di tanah terjanji dengan "kikisan" sehingga yang masuk ke sana yakni orang-orang yang siap menghuni tanah itu. Mereka memulai kehidupan baru setelah meniadakan bangsa-bangsa yang hidup di sana, walau ada di antaranya yang tidak sempat dihapus keberadaannya sehingga menjadi duri bagi bangsa Israel. Kitab  para Hakim mengisahkan kepemimpinan para hakim yang didahului dengan penaklukan Kanaan dan pembiaran beberapa bangsa  di sana yang berposisi sebagai duri bagi mereka (Hak.2:3).

Alkitab mencatat bahwa Tuhan Allah  mengutus 12 orang hakim untuk menjadi pemimpin bangsa Israel. Dari 12 hakim kiranya masih dapat dikelompokkan sebagai hakim besar dan hakim kecil. Hakim besar sebanyak 6 orang dan hakim kecil sebanyak 6 orang pula. Disebut hakim besar oleh karena mereka  sukses membawa kemenangan besar pada masanya. Kemenangan dalam perlawanan terhadap bangsa-bangsa di sekitarnya. Para hakim yang dikategorikan sebagai hakim besar yakni: Otniel, Ehud, Debora, Gideon, Jefta dan Simson,

Disebut hakim kecil oleh karena mereka sukses membawa kemenangan dalam kapasitas kecil sehingga catatan yang dibuat oleh penulis kitab Hakim-Hakim sedikit saja informasinya. Para hakim kecil itu yaki: Samgar, Tola, Yair, Ebzan, Elon dan Abdon.

Para hakim menjadi pemimpin bangsa Israel sekaligus menjadi penyambung lidah dari Tuhan Allah sebagai pemimpin tertinggi mereka, atau raja yang penuh dengan kedaulatan-Nya. Ia menyampaikan firman-Nya kepada para hakim, para hakim melanjutkannya kepada umat-Nya. 

Bila umat Tuhan tidak mendengarkan, mereka berbalik mengikuti ilah-ilah bangsa asing di sekitar mereka, maka Tuhan membawa mereka ke dalam pertempuran. Tuhan membangkitkan bangsa asing menjadi lawan mereka sampai pada titik waktu mereka menyadarinya. Mereka akan berseru-seru kepada Tuhan, di sana Tuhan mendengar dan mengutus seorang hakim untuk membebaskan mereka.

Satu catatan menarik ketika bangsa itu hendak berdiri di bawah satu tangan kepemimpinan, raja. "Pemberontakan" terjadi terhadap Tuhan Allah. Bangsa ini mulai meninggalkan pola penghormatan kepada Tuhan Allah sebagai Raja mereka. Mereka lebih suka dipimpin oleh raja yang kelihatan daripada Raja yang berbicara dengan perantaraan pelihat/nabi (Kitab Samuel).

Penghormatan kepada Tuhan oleh satu bangsa dalam suatu negara sebagaimana yang terjadi pada bangsa Israel di bawah kepemimpinan para raja, mulai dari Saul, dilanjutkan Daud hingga Salomo menjadi catatan menarik. Dinamika naik-turunnya penghormatan dan hukuman pada bangsa itu memberi inspirasi pada bangsa modern. Suatu bangsa yang menghormati Tuhan sebagai Junjungan Tertinggi, kedaulatan-Nya tak tertandingi, dan lain-lain sifat-Nya yang tak dapat dipahami kecuali diimani. Semua itu memberi inspirasi sekaligus mengantar makna baru yang adaptif.

Masyarakat Penganut Agama Menghormati Tuhan?

Bangsa Indonesia memiliki falsafah hidup yang kiranya roh menghidupi. Falsafah itu disebut Pancasila di mana sila pertamanya berbunyi, Ke-Tuhanan Yang Maha Esa. Pada sila ini bangsa Indonesia hendak memproklamasikan kepada dunia bahwa seluruh warga negara taat pada ajaran dan dogma agama yang dianutnya. Di antara ajaran dan dogma  agarma yakni menghormati Tuhan dalam kehidupan nyata, sekali pun Tuhan itu sendiri tak kasat mata. 

Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha, Konghu Chu sebagai agama-agama  yang diakui oleh negara ini, dan warga negara mendapatkan peluang dan kebebasan untuk memilih, memeluk dan menghormati Tuhan menurut agama itu. Semua agama itu mengakui satu Tuhan, Tuhan Yang Maha Esa. Kitab suci yang dipergunakan oleh agama-agama ini menjadi dasar yang teramat kuat untuk menginternalisasikan nilai-nilai religius. 

Menghormati Tuhan dalam agama-agama yang ada di Indonesia kiranya terlihat dari praktik kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Terlihat dan terdengar ucapan-ucapan salam yang mengedepankan kekhasan dari tiap agama. Pidato-pidato para petinggi negara hingga anggota masyarakat selalu mengedepankan salam khas dari agama-agama. Hal ini hendak menjadi ciri penghormatan kepada Tuhan sekaligus menjaga keharmonisan hidup bersama sebagai warga negara.

Adakah korelasi penghormatan kepada Tuhan sebagaimana yang  telah diwujudkan oleh penganut agama-agama dengan tema pelayanan GMIT dan implikasinya pada  keutuhan bangsa untuk damai sejahtera?

Patutlah kiranya kita bertanya, sebab GMIT telah menempatkan tema itu dalam tahun 2024 sebagai acuan dalam refleksi. Refleksi itu akan disampaikan pada rutinitas pelayanan. Refleksi yang disampaikan kiranya akan mencerahkan umat Tuhan sehingga dampaknya pada keutuhan bangsa tetap terjaga dan suasana damai sebagai harapan bersama terpelihara.

Masyarakat Indonesia sedang ada dalam tahun politik praktis. Dalam tahun politik praktik, pertanyaan dan pernyataan di media arus utama dan media sosial akan sangat berpengaruh pada resistensi kehidupan bersama. Masyarakat akan terkategori dalam kanal-kanal gagasan para politisi dan partai politik. Rasanya akan mengancam keutuhan bangsa dan negara sekaligus suasana kedamaian. Siapakah yang menghendaki dis-integrasi bangsa? Tidak ada! 

Bangsa ini  mesti tetap kokoh sebagai bangsa dan negara berdaulat. Rongrongan dari dalam mesti dapat dihindari atas pernyataan-pernyataan provokatif, penyebaran berita buruk dan penuh intrik, hingga sikap dan tindakan yang mengarah kepada perpecahan. 

Bahwa berbeda itu wajar dalam demokrasi, namun perbedaan haruslah tetap menjaga keutuhan bangsa. Sebagaimana satu keluarga di dalamnya ada perbedaan pandangan antaranggota keluarga, namun keluarga itu tetaplah satu adanya. Sebagaimana satu wilayah desa anggota masyarakatnya berbeda pandangan dalam satu masalah pembangunan dan pengembangan potensi, namun bila sudah menuju satu kesepakatan, maka perbedaan patut ditiarapkan demi menjunjung kebersamaan yang menjaga keutuhan.

Tuhan yang disembah semua penganut agama, Tuhan yang sama yang mendengar doa dan pergumulan bangsa. Tuhan yang sama pula yang memberikan hikmat dan kebijaksanaan kepada para pemimpin bangsa. Para pemimpin bangsa akan menyelenggarakan pemerintahan sebaik-baiknya dalam kesadaran takut dan hormat kepada Tuhan. Tuhan menjadi sandaran kuat pada penyelenggaraan pemerintahan dengan mewujudkan visi dan misi serta program strategis bangsa.

Para pemimpin bangsa di semua level dipastikan menganut agama tertentu, yang sama dengan telah ber-Tuhan. Para pemimpin yang demikian akan menunjukkan keteladanan pada masyarakat bagaimana hormat pada Tuhan dalam tutur, sikap dan tindakan nyata sehingga keutuhan bangsa tetap terjaga. 

Akhir Kata

Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) telah memasuki bulan Februari 2024 dengan tema utama pelayanan Hormati Tuhan, berlaku adil, jaga keutuhan bangsa untuk damai sejahtera (bdk.Maz.85:9-14).  Warga GMIT memahami bahwa bangsa ini akan tetap terjaga keutuhannya agar pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan, termasuk di dalamnya organisasi keagamaan, turut andil dalam menjaga keutuhan bangsa. 

GMIT sebagai salah satu organisasi keagamaan yang ada di dalam negara ini telah dan sedang mengingtkan bangsa dan negara ini agar waspada pada ancaman perpesahan bangsa dan negara ketika berada dalam tensi politik yang tinggi.

Umi Nii Baki-Koro'oto, 20 Februari 2024

Heronimus Bani 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun