Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Suka membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa. Menulis puisi sebisanya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memaknai Penghormatan Kepada Tuhan dalam Minggu Sengsara Yesus dan Implikasinya

20 Februari 2024   19:38 Diperbarui: 20 Februari 2024   20:38 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ziarah bangsa ini berlanjut sesudah mereka keluar dari Mesir sebagai tanah perbudakan. Mereka tiba di tanah terjanji dengan "kikisan" sehingga yang masuk ke sana yakni orang-orang yang siap menghuni tanah itu. Mereka memulai kehidupan baru setelah meniadakan bangsa-bangsa yang hidup di sana, walau ada di antaranya yang tidak sempat dihapus keberadaannya sehingga menjadi duri bagi bangsa Israel. Kitab  para Hakim mengisahkan kepemimpinan para hakim yang didahului dengan penaklukan Kanaan dan pembiaran beberapa bangsa  di sana yang berposisi sebagai duri bagi mereka (Hak.2:3).

Alkitab mencatat bahwa Tuhan Allah  mengutus 12 orang hakim untuk menjadi pemimpin bangsa Israel. Dari 12 hakim kiranya masih dapat dikelompokkan sebagai hakim besar dan hakim kecil. Hakim besar sebanyak 6 orang dan hakim kecil sebanyak 6 orang pula. Disebut hakim besar oleh karena mereka  sukses membawa kemenangan besar pada masanya. Kemenangan dalam perlawanan terhadap bangsa-bangsa di sekitarnya. Para hakim yang dikategorikan sebagai hakim besar yakni: Otniel, Ehud, Debora, Gideon, Jefta dan Simson,

Disebut hakim kecil oleh karena mereka sukses membawa kemenangan dalam kapasitas kecil sehingga catatan yang dibuat oleh penulis kitab Hakim-Hakim sedikit saja informasinya. Para hakim kecil itu yaki: Samgar, Tola, Yair, Ebzan, Elon dan Abdon.

Para hakim menjadi pemimpin bangsa Israel sekaligus menjadi penyambung lidah dari Tuhan Allah sebagai pemimpin tertinggi mereka, atau raja yang penuh dengan kedaulatan-Nya. Ia menyampaikan firman-Nya kepada para hakim, para hakim melanjutkannya kepada umat-Nya. 

Bila umat Tuhan tidak mendengarkan, mereka berbalik mengikuti ilah-ilah bangsa asing di sekitar mereka, maka Tuhan membawa mereka ke dalam pertempuran. Tuhan membangkitkan bangsa asing menjadi lawan mereka sampai pada titik waktu mereka menyadarinya. Mereka akan berseru-seru kepada Tuhan, di sana Tuhan mendengar dan mengutus seorang hakim untuk membebaskan mereka.

Satu catatan menarik ketika bangsa itu hendak berdiri di bawah satu tangan kepemimpinan, raja. "Pemberontakan" terjadi terhadap Tuhan Allah. Bangsa ini mulai meninggalkan pola penghormatan kepada Tuhan Allah sebagai Raja mereka. Mereka lebih suka dipimpin oleh raja yang kelihatan daripada Raja yang berbicara dengan perantaraan pelihat/nabi (Kitab Samuel).

Penghormatan kepada Tuhan oleh satu bangsa dalam suatu negara sebagaimana yang terjadi pada bangsa Israel di bawah kepemimpinan para raja, mulai dari Saul, dilanjutkan Daud hingga Salomo menjadi catatan menarik. Dinamika naik-turunnya penghormatan dan hukuman pada bangsa itu memberi inspirasi pada bangsa modern. Suatu bangsa yang menghormati Tuhan sebagai Junjungan Tertinggi, kedaulatan-Nya tak tertandingi, dan lain-lain sifat-Nya yang tak dapat dipahami kecuali diimani. Semua itu memberi inspirasi sekaligus mengantar makna baru yang adaptif.

Masyarakat Penganut Agama Menghormati Tuhan?

Bangsa Indonesia memiliki falsafah hidup yang kiranya roh menghidupi. Falsafah itu disebut Pancasila di mana sila pertamanya berbunyi, Ke-Tuhanan Yang Maha Esa. Pada sila ini bangsa Indonesia hendak memproklamasikan kepada dunia bahwa seluruh warga negara taat pada ajaran dan dogma agama yang dianutnya. Di antara ajaran dan dogma  agarma yakni menghormati Tuhan dalam kehidupan nyata, sekali pun Tuhan itu sendiri tak kasat mata. 

Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha, Konghu Chu sebagai agama-agama  yang diakui oleh negara ini, dan warga negara mendapatkan peluang dan kebebasan untuk memilih, memeluk dan menghormati Tuhan menurut agama itu. Semua agama itu mengakui satu Tuhan, Tuhan Yang Maha Esa. Kitab suci yang dipergunakan oleh agama-agama ini menjadi dasar yang teramat kuat untuk menginternalisasikan nilai-nilai religius. 

Menghormati Tuhan dalam agama-agama yang ada di Indonesia kiranya terlihat dari praktik kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Terlihat dan terdengar ucapan-ucapan salam yang mengedepankan kekhasan dari tiap agama. Pidato-pidato para petinggi negara hingga anggota masyarakat selalu mengedepankan salam khas dari agama-agama. Hal ini hendak menjadi ciri penghormatan kepada Tuhan sekaligus menjaga keharmonisan hidup bersama sebagai warga negara.

Adakah korelasi penghormatan kepada Tuhan sebagaimana yang  telah diwujudkan oleh penganut agama-agama dengan tema pelayanan GMIT dan implikasinya pada  keutuhan bangsa untuk damai sejahtera?

Patutlah kiranya kita bertanya, sebab GMIT telah menempatkan tema itu dalam tahun 2024 sebagai acuan dalam refleksi. Refleksi itu akan disampaikan pada rutinitas pelayanan. Refleksi yang disampaikan kiranya akan mencerahkan umat Tuhan sehingga dampaknya pada keutuhan bangsa tetap terjaga dan suasana damai sebagai harapan bersama terpelihara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun