Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Bahasa dan Kebudayaan masyarakat turut menjadi perhatian, membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Koin Perak Mengaburkan Hati Nurani dan Logika Yudas Iskariot

15 Februari 2024   11:21 Diperbarui: 15 Februari 2024   11:29 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bingkisan sembako pada musim pesta demokrasi; sumber: https://www.suara.com/

Bila berkaca pada rekam jejak  kita mulai dengan pertanyaan, siapakah Yudas Iskariot?

Para penulis Injil tidak mencatatkan informasi asal-usul Yudas Iskariot. Satu uraian menarik sebagai informasi tentang Yudas diulas di sini.Berdasarkan namanya, ia diduga berasal dari Keriot. Yudas orang dari desa Keriot. Ia salah satu yang terpilih dari begitu banyaknya orang yang mengikuti Yesus dalam keseharian-Nya.  Ia didaftarkan pada urutan terakhir dengan sebutan tambahan yang akan mengkhianati Yesus. 

Pada bagian lain catatan Injil, Yohanis (12:6) menulis bahwa Yudas Iskariot mendapat kepercayaan sebagai Pemegang Kas. Sebagai pemegang kas untuk operasional Guru Yesus bersama para murid, Yudas sering mencuri kas itu. Kata orang modern, Yudas Iskariot seorang koruptor.  

Catatan para Penulis Injil tentang para murid  Rabi Yesus jelas mengurai bahwa ketika mereka dipilih, ada proses aktif pembelajaran karakter. Oleh karena itu ada saat tertentu Sang Guru menugaskan untuk suatu tugas. Maka, dipastikan Yudas Iskariot pun melakukan tugas itu. 

Gereja telah mengajarkan bahwa pelayanan yang dilakukan Rabi Yesus pada kaum-Nya dan publik pada umumnya di semua tempat yang dikunjungi telah memberi dampak besar pada kepengikutan pada-Nya. Murid-murid-Nya mendapatkan isian pembelajaran yang menarik, namun sering pula mereka bertanya-tanya tentang siapakah Yesus Sang Guru ? Kepengikutan mereka pada Yesus berada di simpang hati, antara membangun karakter berasarkan iman dan karakter berdasarkan histori oleh karena bangsa Yahuda/Yahudi sedang mengharapkan seorang pemimpin pembebasan.

Kiranya Yudas Iskariot sebagai salah seorang murid sungguh menempatkan harapannya untuk pelayanan kepada publik secara nyata ketika melihat bahwa seorang perempuan mengurapi Yesus dengan minyak yang mahal harganya. Padahal, minyak itu bila dijual akan berguna untuk pelayanan secara nyata kepada masyarakat. Maka, kiranya pada posisi yang demikian, sisi zoon politicon dari Yudas Iskariot muncul.  "Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?" (Yoh.12:5).

Sampai di sini orang segera menyadari akan dua sisi yang tiada dapat dipisahkan dari pentingnya uang.  Uang akan sangat bermanfaat pada aspek kehidupan sosial, ekonomi, politik, dan hukum. Yudas Iskariot melihat aspek sosial sekaligus aspek politik. Bila saja minya itu dijual, kas (kelompok/tim/institusi) akan bertambah. Selanjutnya akan ada pengelolaan dan pemanfaatannya untuk masyarakat (umat). Betapa mulianya ide seorang Yudas Iskariot. Hal ini dapat dipahami oleh karena dialah pemegang kas (tim/institusi).

Dapatkah kita menyematkan istilah mata hijau pada Yudas Iskariot? Mata hijau artinya bila melihat uang hati bergolak, wajah cerah, mata bersinar dan segera terbersit di benak untuk pengadaan (pembelanjaan) dan kepemilikan sesuatu barang. 

Yudas Iskariot telah menunjukkan karakter orisinilnya. Seorang yang datang dari desa dengan niat mengikut Rabi Yesus yang pengikutnya teramat banyak. Kemanapun Sang Rabi pergi, akan ada orang yang terus mengikuti-Nya. Ia mengajar. Ia berdoa. Ia bekerja untuk kepentingan umat yang lemah. Ia menegur mereka yang merasa diri kuat dan terhormat.

Tugas yang diemban dan diwujudkan Sang Rabi telah berdampak luas pada umat dan masyarakat. Bila sekadar mengkategorikan orang-orang yang terus mengikuti Sang Rabi, maka kira-kira seperti ini:

  • Orang yang mau mendengar kata-kata-Nya sebagai pengajaran yang berlainan daripada pengajaran para Ahli Kitab dan Rabi kaum Yahudi. Pengajaran Rabi Yesus berdasarkan kitab suci, namun lebih bermakna. Ia tidak sekadar membaca dan merespon secara harfiah belaka, namun memberi makna, menguliti dan mengambil saripatinya lalu menyampaikannya kepada publik. Itulah sebabnya ada yang lain. Kira-kira mengikuti trend zaman ini, gaya lain, tampil beda. 
  • Orang yang mau melihat Sang Rabi bersikap dan bertindak pada suatu objek. Sang Rabi dalam perjalanan dari satu tempat ke tempat lainnya, Ia tidak saja mengajar, tetapi juga bersikap. Sikapnya lain dari yang biasanya ditunjukkan oleh kaum elitis. Hikmat dan kebijaksanaan ditunjukkan-Nya sebagaimana satu peristiwa yang dicatat ketika Sang Rabi menerima pengurapan dengan minyak wangi yang mahal harganya. Sikap dan ujaran-Nya mengatupkan bibir dan membuntukan ide orang di sekitarnya. Contoh lainnya, ketika seorang perempuan yang tertangkap tangan berzinah. Hukum mengajarkan sanksi berat yakni dilempari batu. Sang Rabi yang menyaksikan hal itu pun menyikapi hal itu dengan kata-kata; "Siapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." (Yoh.8:7. )Mulut dikatupkan, ide dibuntukan. Mereka yang menghendaki pelaksanaan hukuman terberat itu pun mundur, dan mundur. Sang guru berbicara dengan akal sehatnya, hati nuraninya dan kebenaran yang hakiki. Ia tidak munafik.
  • Orang yang mau menghendaki penggenapan nubuat para nabi tentang Mesias yang datang untuk memberikan kelepasan. Kategori ketiga ini mengikuti Sang Rabi mendasarkannya dari pengajaran para Rabi dan Ahli Kitab Suci. Ziarah dan sejarah bangsa Yahudi dan Israel pada zaman itu yakni mereka sebagai bangsa terjajah. Kekaisaran Romawi sedang berkuasa. Kitab-kitab Sejarah dalam Perjanjian Lama menceritakan tentang bagaimana bangsa ini sering berada di bawah kekuasaan bangsa lain. Maka, dari sana terbit harapan bahwa pada suatu waktu di masa depan akan datang seseorang yang disebut Mesias. Keyakinan itu diinjeksikan sebagai doktrin sosial politik. Maka, bila ada seseorang yang muncul dengan pengikut dalam jumlah besar, tentulah ada harapan padanya untuk membangkitkan kesadaran sosial dan politik untuk menghalau penjajahan. Apalagi sang tokoh muncul ketka penjajahan itu sedang berlangsung. Harapan makin menguat pada kaum yang berpegang pada nubuatan tentang Mesias, Sang Penyelamat.  Harapan itu mereka posisikan pada Sang Rabi, Yesus.  Bacalah Mat.20:20-28 dan Mrk.10:35-45. Pada kedua catatan dari Penulis kedua Injil ini, merujuk pada harapan kepemimpinan Mesias Sang Penyelamat.

(Mungkin) Yudas Iskariot berada pada golongan orang ketiga. Ia berharap suatu hari ketika Sang Rabi dengan pengikut yang besar jumlahnya akan mampu menggerakkan suatu gerakan dengan kekuatan yang luar biasa untuk mencabut cakar kekaisaran Romawi di wilayah mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun