Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Bahasa dan Kebudayaan masyarakat turut menjadi perhatian, membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pengelolaan Anggaran BOS Masih Ribet, Pak

13 Februari 2024   09:07 Diperbarui: 13 Februari 2024   10:13 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokpri/Dinas P & K Kab Kupang

Selanjutnya, sebagaimana sudah diuraikan sebelumnya pada artikel pertama bahwa menggunakan aplikasi dipastikan akan ada faktor eksternal yang turut memberi pengaruh yakni listrik dan jaringan internet. Nah, pada konteks jaringan internet status yang paling diharapkan yakni 4G. 

Lahir pertanyaan, jika status jaringan internet 4G mungkinkah Operator ARKAS mampu mengakses secara baik?

Tidak selalu demikian. Maka solusi yang dibuat oleh para kepala sekolah terlihat dari jawaban mereka yang dapat diringkas sebagai berikut:

  • Memanfaatkan tenaga guru honorer yang rerata berusia muda. Mereka memiliki ketrampilan digital. Mereka diminta membantu Operator ARKAS (Bendahara BOS/BOSP) mengoperasikan aplikasi dan membantunya hingga laporan berupa dokumen fisik berada di tangan, disahkan ketika dalam proses perencanaan dan atau diterima bila melakukan pelaporan. Bila guru honorer pun tidak dapat mewujudkan hal ini atas alasan ketidakmampuan, maka solusinya yakni meminta bantuan pada rekan guru di sekolah tetangga, dan atau menggunakan jasa pihak lain yang mau menolong.
  • Tutorial. Membaca tutorial dan atau melihat tutorial yang disediakan oleh para pegiat media sosial, khususnya di bidang pendidikan
  • Bertanya pada rekan guru pengelola anggaran BOS/BOSP yang sudah berpengalaman. Bertanyalah, kiranya mendapatkan jawabannya. Demikian halnya dengan kesulitan/kerumitan pengelolaan anggaran BOS/BOSP dengan memanfaatkan ARKAS sebagaimana yang sudah ada.
  • Menyediakan anggaran khusus untuk jasa listrik dan internet. Sudah menjadi kewajiban konsumen untuk membayar jasa pada penyedia. Listrik dan internet yang diperlukan butuh pengeluaran anggaran. Bila tidak disediakan anggaran pengeluaran untuk jasa listrik dan internet, maka pengorbananlah yang akan terjadi.

Faktanya, keterlambatan tetap saja terjadi pada tahap pencairan, pengelolaan dan pelaporan. Maka, para mayoritas kepala sekolah menyebutnya sebagai masih ribet, walau ada pula yang ringan-ringan saja karena alasan, kerja yang kreatif menyenangkan, beban di pundak perlu segera diturunkan baik oleh diri sendiri maupun atas pertolongan sahabat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun