Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Bahasa dan Kebudayaan masyarakat turut menjadi perhatian, membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Inspirasi dan Refleksi ketika Berkhotbah Mengacu pada Kitab Matius

25 Desember 2023   12:30 Diperbarui: 25 Desember 2023   12:35 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.cnnindonesia.com/

Inspirasi dan Refleksi ketika Berkhotbah Mengacu pada Kitab Matius 1: 18 - 25

Pengantar

Pengetahun umum kaum Kristiani bahwa masa raya Advent merupakan awal tahun gerejani. Masa di mana kaum Kristiani berada dalam refleksi akan penantian kedatangan Yesus Kristus. Penantian dalam dua pengertian, 1) penantian akan hari kelahiran Yesus , dan 2) penantian akan kedatangan Yesus Kristus sesuai janji-Nya ketika Ia kembali ke surga. Penantian pada pengertian pertama mengantar kaum Kristiani akan tiba pada perayaan Hari Kelahiran-Nya. Hari kelahiran yang disebut dan sudah dikenal luas, Hari Natal. Penantian dalam pengertian kedua yakni ketika Ia datang sebagai Raja dan Hakim dengan diiringi para malak dan dampak yang akan dirasakan oleh umat manusia.

Hari Minggu, (24/12/23) Minggu ke-IV masa raya Advent. Empat batang lilin dinyalakan oleh presbiter yang ditugasi menyampaikan bahwa kebaktian/ibadah utama pada hari Minggu ini akan segera dimulai. Ia menyampaikan pula siapa yang akan kebaktian utama ini. Hal ini sudah menjadi tradisi dalam kebaktian utama di dalam organisasi keagamaan Kristen Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT). Pada semua jemaat tunggal maupun jemaat wilayah yang tersebar mulai dari Kota Kupang dan seluruh Timor Barat, Pulau Semau, Pulau Rote, Pulau Sabu,  Kepulauan Alor, Flores, dan Sumbawa (NTB). Semuanya merayakan Minggu Advent IV. 

Pembacaan Alkitab dan khotbah mengacu pada Matius 1:18-25. Satu bacaan Alkitab yang mengisahkan tentang kelahiran Yesus. Di sana dikisahkan latar kelahiran-Nya. Yusuf/Yoseph dan Maria bertunangan, tetiba Maria mengandung dari Roh Kudus. Yusuf hendak meninggalkan Maria, namun ia sendiri merasa kurang elok walau ia mencoba menemukan cara itu agar tidak menjadi aib pada Maria. 

Pada suatu malam Yusuf bermimpi. Utusan Tuhan dalam wujud malaikat menyapa Yusuf. Ia mengingatkan akan martabat Yusuf sebagai keturunan raja Daud. Malaikat menyampaikan pula agar ia tidak ragu mengambil Maria sebagai isterinya, berhubung janin yang ada di dalam kandungan Maria, Anak Allah. Janin itu akan besar dan pada waktunya akan lahir, Yusuf harus menamai Dia, Yesus. Hal ini sesuai nubuat nabi Yesaya tentang seorang perawan yang akan mengandung dan melahirkan seorang anak. Pada intisari kisah ini, saya yang ditugaskan menggantikan tugas pendeta mesti menyampaikan inspirasi dan refleksi dalam khotbah kebaktian utama, Minggu Advent IV.

Inspirasi atas Tema

Saya menentukan tema: Kehendak Tuhan itu Bebas dalam Keteraturan. Tuhan memiliki otoritas yang bebas pada Diri-Nya sendiri. Ia tidak dapat dibatasi oleh apapun dan bagaimana pun caranya atas alasan-alasan tertentu. Hanya Dia sendiri sajalah yang dapat membatasi kebebasan-Nya. Kira-kira demikian adanya dasar olah pikir ketika menentukan tema khotbah yang saya sebut sebagai Inspirasi dan Refleksi. 

Dalam tema yang demikian selanjutnya saya menelisik akan apa saja yang dikehendaki Tuhan sesuai bagian dari bacaan sebagaimana ditulis dalam Matius 1:18-25. Empat hal saya mencoba untuk menguraikannya. Waktu, Tempat, Orang dan Peristiwa.

1. Waktu. Tuhan Allah secara bebas menentukan waktu, kapan sesuatu akan disampaikan dan diwujudkan dalam aksi nyata sebagai akta yang terlihat.  Manusia tidak dapat mengatur waktu yang tepat dan menyarankannya kepada Tuhan. Manusia tidak dapat mengusulkan waktu tertentu untuk memenuhi keinginan. Hanya Tuhan sendiri yang menentukan waktu yang tepat. Maka, ketika membaca teks-teks di sekitar kelahiran Yesus sebagaimana tertulis dalam kitab-kitab Injil, waktu yang ditentukan tak dapat diselami umat manusia. Waktu yang tepat untuk mengetahui Yesus lahir tanggal sekian tidak tentu. Maka perdebatan dan polemik oleh para pakar (Kristen, non Kristen) akan terus berlangsung. Orang dapat saja menghubungkan peristiwa sejarah tokoh tertentu, yakni ketika kekaisaran Romawi berkuasa di Propinsi Yudea dengan gubernur sebagai wakil Kaisar di sana, tetapi tanggal persisnya kelahiran Yesus, tidak dapat diketahui.

Waktu yang Tuhan tentukan untuk bertemu dengan Maria tidak disampaikan kepada Maria terlebih dahulu, tetapi sesungguhnya sudah ada dalam pengetahuan kaum Yahudi dan Israel bahwa ada waktunya seorang perawan akan mengandung dan melahirkan seorang anak (Yes. 7:14, dan ayat-ayat sejajar lainnya). Mengapa sudah ada dalam pengetahuan kaum Yahudi dan Israel? Karena janji tentang keselamataan melalui seseorang telah disampaikan melalui mulut para nabi. Kaum Yahudi dan Israel selalu mengajarkan hal ini dari generasi ke generasi. Tentang kapan terjadinya, hal itu menjadi misterius karena hanya Tuhan sajalah yang mengetahuinya. Ia bebas menentukan waktu yang dikehendakinya. Ia bebas dalam keteraturan-Nya. 

Herodes yang mengetahui kelahiran Yesus ketika mendapat kabar dari para majus pun sempat dibuat tersentak (Mat.2:1-12). Ia merasa kedudukannya sebagai raja terancam sehingga dikeluarkanlah perintah untuk membunuh anak-anak yang berumur di bawah 2 tahun. Ancaman pada kedudukannya begitu mengganggu karena informasi atau kabar yang didapatkannya bukan dari orang serampangan. Mereka para ahli, ahli perbintangan yang berjalan jauh. 

Mereka menempuh perjalanan jauh dengan berpedoman pada bintang. Agak tidak masuk akal karena perjalanan darat dengan berpedoman pada arahan bintang. Lagi pula bintang itu bukan sekadar bintang belaka, tetapi juga bintang bermakna, yakni lahirnya seorang raja baru. Maka, Herodes pun mengambil sikap dengan memprediksi  bahwa Yesus yang telah lahir itu dan telah berumur sekitar kurang dari 2 tahun, maka ketika peristiwa itu terjadi dapat dipastikan Yesus pun akan turut tewas di tangan pedang para tentara suruhan Herodes (Mat.2:16-18).

Tuhan Allah tidak menentukan waktu untuk menyampaikannya secara luas kepada publik. Publik melalui orang tertentu saja yang mendapat hikmat untuk menafsir waktu Tuhan, tetapi tidak dapat dipastikan akurasinya. 

Para gembala yang menjaga kawanan domba di padang pada malam hari. Suatu kebiasaan pada peternak yang mempunyai kawanan domba dalam jumlah besar. Mereka harus menjaga kawanan domba (ternak-ternak) agar terhindar dari serbuan predator. Siaapa di antara mereka yang sudah menduga bahwa pada malam itu akan ada kabar dan pujian dari para malak dari surga yang disaksikan dan didengarkan secara langsung oleh mereka? (Luk.2:8-18). Dapat dipastikan mereka tidak mengetahui sama sekali. Bila mereka berada dalam komunitas kaum Yahudi sekali pun mereka dipastikan tidak mengetahui waktu yang tepat sesuai penentuan dari Tuhan bahwa seorang Anak telah lahir dan mereka menjadi saksi atas kelahiran-Nya, jika mereka bersedia pergi ke Betlehem sesuai dengan pesan yang disampaikan malaikat. 

 2. Tempat.  Siapakah di antara kita yang sudi mengusulkan tempat agar suatu peristiwa istimewa dan mengesankan dibuat Tuhan di sana? Tidak ada! Kita berdoa kepada Tuhan di tempat di mana kita berada: di rumah, rumah ibadah, sekolah, pasar, di perjalanan, di atas kapal dalam pelayaran, pada penerbangan dan lain-lainnya. Semua tempat-tempat itu dipilih oleh umat manusia yang ber-Tuhan untuk berdoa. Paling kurang ada dua tempat utama: rumah (tangga/keluarga) dan rumah ibadah (tempat persekutuan umat). Dua tempat seperti itu menjadi pilihan umat manusia. Ada pula tempat tertentu dipilih untuk perhelatan acara/kegiatan yang sifatnya istimewa dan mengesankan. Berbagai pertimbangan dibahas sebelum keputusan dijatuhan soal tempat.

Tuhan Allah menentukan tempat (locus) secara bebas. Jika satu tempat ditentukan untuk  suatu kegiatan manusia dengan meminta hikmat Tuhan, belum tentu tempat itu segera ditetapkan. Pertimbangan-pertimbangan  dari segala aspek diperlukan. Maka, diyakini Tuhan turut bekerja secara bebas di sana.

Berbeda bila Tuhan sendiri yang menentukan tempatnya. Siapa yang menduga bahwa Tuhan memberi perintah kepada malaikat Gabiel untuk bertemu Maria. Penulis Injil Lukas tidak mencatat secara eksplisit nama tempat itu. Sang Penulis hanya mencatat peristiwanya, yakni Malaikat Gabriel bertemu dengan Maria untuk menyampaikan pesan dari Tuhan bahwa Maria akan mengandung dan melahirkan seorang anak, Anak dari Allah (Luk.2:26-38). Tempat yang dimaksud ini kemudian menjadi misteri. Misteri tempat bertemunya Malaikat Gabriel dengan Maria menjadi perdebatan. Akurasinya menurut para pakar di segala bidang menjadi hipotesa untuk riset arkelogis dan lain-lain bidang kajian.

Kelahiran Yesus dengan mengambil tempat yang sederhana, bahkan cenderung amat sederhana. Tempat yang demikian itu kemudian menjadi topik menarik sampai saat ini. Pada setiap perayaan hari Kelahiran Yesus, kandang, domba, tempat minum (palungan) selalu menjadi aksesorinya, di samping ada tambahan lainnya seperti Si Pemberi hadiah berebaju merah, kapas sebagai pengganti salju, pohon pinus dan lain-lainnya yang merupakan budaya musim dingin di belahan dunia dengan lebih dari 3 musim dalam setahun.

Tempat kelahiran Yesus disebutkan saja di Betlehem, dan secara spesifik di kandang ternak. Bagaimana mungkin? Ia Seseorang yang sudah dijanjikan dengan sebutan Mesias dan Imanuel. Semestinya dilahirkan di tempat yang istimewa pula, namun keistimewaan itu justru di tempat sederhana bahkan amat sederhana jauh dari kemewahan dan kemegahan.

 

3. Orang. Lagi-lagi Tuhan punya kebebasan untuk menentukan orang siapa yang akan dipilih dan ditentukan untuk suatu hal yang istimewa. Pada catatan para penulis Injil, Yusuf/Yoseph dan Maria menjadi tokoh sentral yang terpilih menjadi "alat" di tangan Tuhan agar kehendak-Nya sampai kepada umat manusia. Siapakah Yusuf/Yoseph dan Maria? 

Para penulis Injil mencatat bahwa Yusuf/Yoseph berasal dari keturunan raja Daud. Maka, dapat dipastikan ia bangsawan. Sayang sekali bangsawan yang satu ini justru tidak mempunyai istana. Ia menjadi "pengembara" yang bertemu dengan gadis pujaan dan pilihan hatinya di tempat yang lain. Ia mengajukan lamaran pertunangan.(Entah mungkin disertai kerabat?). Sebagai langkah menuju pernikahan sah, pertunangan diperlukan. Dalam masa pertunangan menuju pernikahan, pasangan tunangan belum dapat melakukan persetubuhan layaknya suami-isteri. Suatu hal yang wajar dan normal pada banyak kebudayaan masyarakat dunia. 

Yusuf/Yoseph dan Maria dipilih Tuhan tanpa mereka sadari. Bahwa pada zaman para nabi hal kehadiran (pra natal, kelahiran dan misi) Yesus Kristus sudah dinubuatkan, tetapi siapa yang akan dipilih untuk menjadi "alat" di tangan Tuhan, tidak disebutkan secara eksplisit namanya. Indikatornya, seorang perawan, dan dapat ditafsir pula seorang perjaka. 

Indikator seorang perawan (dan seorang perjaka) terbukti ketika Yesus sebagai Calon Bayi Kudus. Ia tidak melalui proses lazimmnya manusia yang akan dikandung. Ia secara istimewa sudah ada di dalam kandungan seorang perawan, tanpa persetuhan dengan seorang perjaka.  Jadi, pasangan tunangan (bakal suami-isteri) Yusuf/Yoseph dan Maria ditentukan Tuhan secara bebas tanpa campur tangan manusia. 

Manusia mengira-ngira jalannya (Amsal 16:9), manusia membuat merancang sesuatu sebagai jalan hidupnya yang terbaik tetapi Tuhanlah yang menentukan rancangan kehidupan dan masa depan (Yermia 29:11). Yusuf/Yoseph dan Maria bertunangan sebagai rancangan mereka untuk kelak menjadi suami-isteri sah, resmi dalam pengetahuan kerabat dan publik, namun Tuhan merancangkan yang lebih daripada itu, yakni melalui kandungan Maria, Yesus dikandung dan lahir tanpa sentuhan seorang laki-laki bernama Yusuf.

Tuhan secara bebas menentukan orang-orang istimewa. Para Gembala di padang yang sedang menjaga kawanan domba. Mereka menjadi orang-orang istimewa yang mendapatkan kabar sukacita itu. Para Majus, ahli perbintangan dari Timur menjadi orang-orang istimewa pilihan Tuhan. Merekalah yang membawa kabar tentang kelahiran seorang raja. Kabar itu sampai di singgasana Herodes yang menggemparkan Yerusalem. 

Para gembala merepresentasi kaum marginal dari dalam kalangan kaum Yahudi dan Israel. Para majus merepresentasi kaum elit dari luar kaum Yahudi dan Israel.

4. Peristiwa. Suatu peristiwa sangat sering diawali dengan tanda-tanda, gejala,atau indiksi. Ya, peristiwa apa pun itu dipastikan ada tanda awal yang oleh karenanya membuat komunitas hingga umat manusia bersiap-siap menyambut atau justru menghindar. Menyambut peristiwa itu jika tanda-tanda awal mengindikasikan bahwa peristiwa itu akan membuat mereka senang, bersukacita dan bahagia, hingga merasakan kenyamanan dan kedamaian. Menghindar, jika indikasinya membahayakan. Orang akan menghindari kecelakaan yang berdampak pada hilangnya nyawa.

Perang diawali dengan pengumuman. Perang yang dimulai oleh satu negara dengan negara lain akan diumumkan  agar negara sasaran menyiapkan diri. Militer bersiap menyambut perang, sementara kaum sipil menghindar. Perang tanpa pengumuman awal sebagai tanda berdampak luas pada aspek kemanusiaan.

Bencana gunung meletus dan lain-lain dipastikan ada tanda-tanda awal, baik itu secara natural maupun secara ilmiah. Pada  tataran keilmuan, para pakar akan mengumumkan untuk menghindar, misalnya melalui pengumuman oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisik (BMKG). Bagaimana dengan peristiwa yang direncanakan Tuhan? Apakah Tuhan menyampaikannya terlebih  dahulu?

Ya, Tuhan telah menyampaikan terlebih dahulu akan peristiwa kelahiran Yesus Kristus. Para nabi telah menubuatkan hal ini. Kelahiran Yesus Kristus disampaikan oleh para nabi agar umat manusia khususnya pada masa itu yang disasar mula-mula Yahudi dan Israel, supaya bersiap-siap. Sayangnya, persiapan dan kesiapan itu jauh dari ingatan dan sikap. Mengapa? Karena harapan akan datangnya Sang Mesias pada pengetahuan mereka berbeda dari apa yang pada akhirnya terjadi sebagai wujud (akta) nubuat para nabi.

Kelahiran Yesus sebagai peristiwa amat penting dan teramat istimewa pula. Ia ditunggu-tunggu, tetapi kelahiran-Nya bukan pada kaum bangsawan di istana megah. Bahwa Yusuf/Yoseph merupakan keturunan raja Daud sang bangsawan, tetapi ia telah "turun" kelas kebangsawanannya menjadi seorang pekerja kasar (tukang kayu). Jadi, istananya menjadi turun kelas pula menjadi pondok reot dan peot yakni kandang ternak. Di tempat yang demikian inilah Bayi Kudus itu dilahirkan. Peristiwa mana kemudian disaksikan oleh para gembala setelah mendapat kabar dari malaikat dan mendengarkan pujian dari sejumlah besar maiaikat.

Peristiwa yang disaksikan pertama kali oleh kaum marginal. Mereka pergi, mendapati Bayi Yesus tepat sebagaimana yang disampaikan oleh malaikat. Mereka menjadi orang pertama yang membawa kabar kesukaan ketika pulang ke padang. Pada perjalanan pulang itu mereka bercerita tentang Bayi Kudus di kandang ternak, kebenaran dan ketepatan kabar yang diterima dari malaikat, pujian merdu dan agung dari para malaikat. Semua itu diceritakan sebagai kabar kesukaan (injil) kepada siapa pun yagn ditemui di perjalanan pulang.

Kita ingat, bahwa pada saat itu terjadi peristiwa penting di seluruh wilayah kekaisaran Romawi yakni, sensus penduduk. Setiap orang mesti kembali ke tanah kelahirannya untuk dicacah. Kiranya dapat dipastikan bahwa wilayah-wilayah kota menjadi padat penduduknya karena kedatangan urban, demikian pula kampung-kampung. Peristiwa ini diciptakan oleh Kaisar, tentu kita yakini bahwa Tuhan turut serta dalam menggerakkan sensus ini, sehingga Yusuf/Yoseph dan Maria wajib kembali ke Betlehem, kota kelahiran Yusuf/Yoseph.

Keempat hal yang telah diuraikan ini tidak terjadi di luar kehendak Tuhan. Justru Dia-lah yang secara bebas menentukan semuanya itu. Umat manusia berada dalam nuansa keterkejutan, termangu-mangu, bingung, gembiran, terkesan secara mendalam hingga emosi meledak-ledak. Dalam hal-hal yang demikian, orang mulai melakukan apa yang disebut sebagai riset untuk membuktikan apakah waktu, tempat, orang dan peristiwa sebagaimana catatan para penulis Injil itu valid dan akurat?

Refleksi

Umat manusia (orang) hidup dalam ruang (tempt) dan waktu. Dalam hal yang demikian manusia akan melakukan sesuatu yang kiranya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tidak berhenti di situ, orang melakukan pula sesuatu yang akan dikenang sebagai yang istimewa. Maka, tiap orang pasti ingat paling kurang hari-hari penting dan orang-orang istimewa di sekitarnya.

1. Hari kelahiran (Natal). Setiap orang dipastikan lahir (Natal) dari seorang perempuan. Jadi setiap orang mempunya hari natalnya sendiri. Maka, bila mengingat Natalnya dan mengimani Yesus Kristus sebagai Tuan, Tuhan, Raja dan Junjungan, ada benarnya bila bersyukur sambil mengingat bahwa Yesus pernah lahir dengan cara yang sama, tetapi dikandung dengan cara berbeda. Hari kelahiran setiap orang (bayi) dapat saja diatur pada zaman modern ini dengan kecanggihan peralatan medis dan dokter dengn kepakaran khusus kandungan dan kelahiran. Mereka dapat membantu para pasutri untuk menentukan tanggal kelahiran secara tiak normal yakni dengan cara operasi. Maka, ada resiko atas sikap dan tindakan yang diambil. Resiko pembiayaan yang besar hingga siap menanggung kepahitan bila terjadi kematian.

2. Tempat. Dunia modern, kelahiran seorang bayi patut dan layak mendapat sentuhan petugas medis. Maka di Indonesia ini, Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan penolong pertama. Rasa-rasanya zaman ini tidak untuk kelahiran yang terjadi di rumah tangga, di perjalanan, dan lain-lain tempat yang bukan fasilitas kesehatan yang ditunjuk, maka petugas akan "sewot".  Hanya merka yang tahu mengapa sikap itu ditunjukkan. Dari banyak cerita di sekitar kelahiran di luar fasilitas kesehatan, ibu dan bayi yang sudah lahir rasanya ada sikap "miring" dari petugas-petugas. Mereka lupa, bahwa sakit saat melahirkan tidak menunggu tempat yang layak dan pantas. Maka, orang di pedesaan dapat saja melahirkan di rumah, atau dapat saja di ladang, di sawah dan lain-lain tempat oleh karena mereka jauh dari akses/fasilitas kesehatan yang ditunjuk pemerintah.

Andaikata pada hari kelahiran Yesus, Yusuf harus membawa Maria ke klinik di Kota Betlehem, mungkinkah itu terjadi? 

Mari membayangkan pula, jika saat ini para bidan mengetahui bahwa seseorang telah lahir di kandang ternak. Apa reaksi paraa bidan atau dokter spesialis?

3.  Orang. Setiap orang merupakan orang istimewa paling kurang untuk seisi rumah mereka sendiri. Seorang ayah menjadi istimewa pada anak-anaknya. Seorang ibu menjadi istimewa pada anak-anaknya. Sebaliknya, anak-anak merupakan keistimewaan bagi orang tua mereka. Selanjutnya, orang-orang istimewa di tengah kehidupan bersama tentulah memiliki sesuatu yang lebih menonjol sehingga ia mendapat tempat di hati pengikut-pengikutnya. Secara spiralis kita mengetahui bahwa orang tertentu menjadi istimewa atas kehendak Tuhan melalui proses pemilihan. Pemilihan pemimpin-pemimpin agama, pemimpin di dunia sekuler (negara dan bangsa). Keistimewaan mereka menjadi menonjol karena kapabilitas tertentu yang mumpuni sehingga dianggap layak menjadi pemimpin baik dalam kalangan terbatas geografis tertentu hingga orang dengan kemampuan satu negara. 

Tuhan secara bebas menentukan seseorang atau sepasang orang (dwitunggal) menjadi pemimpin melalui proses demokrasi. Tuhan dapat pula menentukan seorang pemimpin atas dasar garis keturunan (monarkhi), dan lain-lain sistem pemerintahan negara. Jadi orang istimewa selalu ada pada waktu dan tempat yang tepat, serta kehadirannya akan menjadikan suasana dan nuansa konteks permasalahan berada dalam genggaman pengetahuan, sikap dan tindakannya kelak.

4. Peristiwa. Banyak peristiwa terjadi yang mengesankan. Bila dimulai dari rumah tangga,maka peristiwa pernikahan misalnya akan dikenang. Kenangan itu dalam bentuk cerita mewujud pada foto (dan video untuk zaman ini). Bahkan menjadi buah bibir. Peristiwa di dalam satu komunitas masyarakat atau umat, akan dikenang dan diceritakan turun-temurun. Bila tidak dicatat akan bias kisah sehingga objektivitasnya pun mulai diragukan. Seterusnya dapat ditarik secara spiralis ke dunia luar yang makin luas seperti perisitwa penting bagi bangsa dan negara. Semua peristiwa penting bagi bangsa dan negara akan dicatat sebagai sejarah. Kesejarahan peristiwa itu akan melibatakan tokoh (orang), waktu (tempo) dan tempat (locus).

Penutup

Akhir dari catatan ini sebagai refleksi untuk diri sendiri bahwa ketika Tuhan mengizinkan saya berada di mimbar untuk menyampaikan inspirasi dan refleksi, Tuhan secara istimewa menginjeksikan inspirasi diksi yang menarik, baik dalam dinamika penyampaian maupun terlihat pada respon audiens. Mereka antusias mendengarkan, bahkan tersenyum, hingga tertawa. Pada titik diksi tertentu mereka terlihat mengeryitkan dahi dan lain-lain reaksi untuk merespon apa yang saya sampaikan dari mimbar.

Kiranya Tuhan memberkati.

Selamat merayakan Hari Kelahiran Yesus Kristus.

Umi Nii Baki-Koro'oto, 25 Desember 2023

 

 Heronimus Bani

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun