Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Bahasa dan Kebudayaan masyarakat turut menjadi perhatian, membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Inspirasi dan Refleksi ketika Berkhotbah Mengacu pada Kitab Matius

25 Desember 2023   12:30 Diperbarui: 25 Desember 2023   12:35 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.cnnindonesia.com/

Herodes yang mengetahui kelahiran Yesus ketika mendapat kabar dari para majus pun sempat dibuat tersentak (Mat.2:1-12). Ia merasa kedudukannya sebagai raja terancam sehingga dikeluarkanlah perintah untuk membunuh anak-anak yang berumur di bawah 2 tahun. Ancaman pada kedudukannya begitu mengganggu karena informasi atau kabar yang didapatkannya bukan dari orang serampangan. Mereka para ahli, ahli perbintangan yang berjalan jauh. 

Mereka menempuh perjalanan jauh dengan berpedoman pada bintang. Agak tidak masuk akal karena perjalanan darat dengan berpedoman pada arahan bintang. Lagi pula bintang itu bukan sekadar bintang belaka, tetapi juga bintang bermakna, yakni lahirnya seorang raja baru. Maka, Herodes pun mengambil sikap dengan memprediksi  bahwa Yesus yang telah lahir itu dan telah berumur sekitar kurang dari 2 tahun, maka ketika peristiwa itu terjadi dapat dipastikan Yesus pun akan turut tewas di tangan pedang para tentara suruhan Herodes (Mat.2:16-18).

Tuhan Allah tidak menentukan waktu untuk menyampaikannya secara luas kepada publik. Publik melalui orang tertentu saja yang mendapat hikmat untuk menafsir waktu Tuhan, tetapi tidak dapat dipastikan akurasinya. 

Para gembala yang menjaga kawanan domba di padang pada malam hari. Suatu kebiasaan pada peternak yang mempunyai kawanan domba dalam jumlah besar. Mereka harus menjaga kawanan domba (ternak-ternak) agar terhindar dari serbuan predator. Siaapa di antara mereka yang sudah menduga bahwa pada malam itu akan ada kabar dan pujian dari para malak dari surga yang disaksikan dan didengarkan secara langsung oleh mereka? (Luk.2:8-18). Dapat dipastikan mereka tidak mengetahui sama sekali. Bila mereka berada dalam komunitas kaum Yahudi sekali pun mereka dipastikan tidak mengetahui waktu yang tepat sesuai penentuan dari Tuhan bahwa seorang Anak telah lahir dan mereka menjadi saksi atas kelahiran-Nya, jika mereka bersedia pergi ke Betlehem sesuai dengan pesan yang disampaikan malaikat. 

 2. Tempat.  Siapakah di antara kita yang sudi mengusulkan tempat agar suatu peristiwa istimewa dan mengesankan dibuat Tuhan di sana? Tidak ada! Kita berdoa kepada Tuhan di tempat di mana kita berada: di rumah, rumah ibadah, sekolah, pasar, di perjalanan, di atas kapal dalam pelayaran, pada penerbangan dan lain-lainnya. Semua tempat-tempat itu dipilih oleh umat manusia yang ber-Tuhan untuk berdoa. Paling kurang ada dua tempat utama: rumah (tangga/keluarga) dan rumah ibadah (tempat persekutuan umat). Dua tempat seperti itu menjadi pilihan umat manusia. Ada pula tempat tertentu dipilih untuk perhelatan acara/kegiatan yang sifatnya istimewa dan mengesankan. Berbagai pertimbangan dibahas sebelum keputusan dijatuhan soal tempat.

Tuhan Allah menentukan tempat (locus) secara bebas. Jika satu tempat ditentukan untuk  suatu kegiatan manusia dengan meminta hikmat Tuhan, belum tentu tempat itu segera ditetapkan. Pertimbangan-pertimbangan  dari segala aspek diperlukan. Maka, diyakini Tuhan turut bekerja secara bebas di sana.

Berbeda bila Tuhan sendiri yang menentukan tempatnya. Siapa yang menduga bahwa Tuhan memberi perintah kepada malaikat Gabiel untuk bertemu Maria. Penulis Injil Lukas tidak mencatat secara eksplisit nama tempat itu. Sang Penulis hanya mencatat peristiwanya, yakni Malaikat Gabriel bertemu dengan Maria untuk menyampaikan pesan dari Tuhan bahwa Maria akan mengandung dan melahirkan seorang anak, Anak dari Allah (Luk.2:26-38). Tempat yang dimaksud ini kemudian menjadi misteri. Misteri tempat bertemunya Malaikat Gabriel dengan Maria menjadi perdebatan. Akurasinya menurut para pakar di segala bidang menjadi hipotesa untuk riset arkelogis dan lain-lain bidang kajian.

Kelahiran Yesus dengan mengambil tempat yang sederhana, bahkan cenderung amat sederhana. Tempat yang demikian itu kemudian menjadi topik menarik sampai saat ini. Pada setiap perayaan hari Kelahiran Yesus, kandang, domba, tempat minum (palungan) selalu menjadi aksesorinya, di samping ada tambahan lainnya seperti Si Pemberi hadiah berebaju merah, kapas sebagai pengganti salju, pohon pinus dan lain-lainnya yang merupakan budaya musim dingin di belahan dunia dengan lebih dari 3 musim dalam setahun.

Tempat kelahiran Yesus disebutkan saja di Betlehem, dan secara spesifik di kandang ternak. Bagaimana mungkin? Ia Seseorang yang sudah dijanjikan dengan sebutan Mesias dan Imanuel. Semestinya dilahirkan di tempat yang istimewa pula, namun keistimewaan itu justru di tempat sederhana bahkan amat sederhana jauh dari kemewahan dan kemegahan.

 

3. Orang. Lagi-lagi Tuhan punya kebebasan untuk menentukan orang siapa yang akan dipilih dan ditentukan untuk suatu hal yang istimewa. Pada catatan para penulis Injil, Yusuf/Yoseph dan Maria menjadi tokoh sentral yang terpilih menjadi "alat" di tangan Tuhan agar kehendak-Nya sampai kepada umat manusia. Siapakah Yusuf/Yoseph dan Maria? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun