Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Bahasa dan Kebudayaan masyarakat turut menjadi perhatian, membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Halo Mama, Selamat Hari Ibu...

22 Desember 2023   11:06 Diperbarui: 22 Desember 2023   11:46 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika menulis artikel ini, saya teringat akan ibu/mama (puisi mama) yang mengandung dan melahirkan anak-anak di dalam rumah kami. Mama kami telah tiada sejak Mei 1992, dan papa kami menyusul pada April 2019.  Rentang waktu yang cukup panjang antara kepergian mama dengan papa.  Papa kami seakan berada dalam "kesendirian" hidup. (di sini). Kami memanggil ayah kami, papa dan ibu kami panggil, mama.

Kedua orang tua kami sudah tiada. Dua orang kakak kami pun sudah tiada.  Sementara pada kami masing-masing telah membina keluarga dan rumah tangga sendiri. Anak-anak kami menyebut ba'i/opa dan nene/Oma hanya dengan melihat potret di dinding. Dalam keadaan yang demikian, kami bersedih sesaat.

***

Ketika Hari Ibu tiba mungkin setiap pasang suami-isteri akan saling berpandangan, lalu suami akan menyampaikan ucapan selamat dengan gaya yang khas suami. Cium pipi-kiri pipi kanan, atau cium hidung khas masyarakaat NTT. Entahlah itu dilakukan atau dilewatkan.

Kaum perempuan/kaum ibu di perkotaan mungkin merasakan dan menikmati suasana Hari Ibu, sebaliknya mereka yang berada di pedesaan, mungkinkah merasakannya? Mungkin ya, mungkin tidak. Kaum perempuan di pedesaan yang mayoritas turut serta dengan suami sebagai peladang, pesawah, petani sayuran dan lain-lain komuditas pertanian kiranya dapat dipastikan tidak sempat menikmati hari spesial yang disediakan negara pada mereka. Mereka akan sibuk di ladang, sawah atau area menanam sayur. Perempuan/Ibu menjadi sandaran ekonomi di samping suami. Demikian pula kaum perempuan/ibu di pesisir pantai sebagai nelayan. Mereka tidak melaut, tetapi  olahan hasil laut sebahagian jatuh ke tangan mereka. Kapan mereka akan duduk berefleksi pada hari ibu?

Sudah dalam pengetahuan umum bahwa Hari Ibu di Indonesia ditetapkan oleh Pemerintah NKRI dengan Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959. Pada mulanya Pemerintah memberi makna pada hari istimewa untuk kaum perempuan di Indonesia yakni meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara  di mana perempuan Indonesia patut berperan di dalamnya. Maka, perempuan di Indonesia perlu memasuki dunia pendidikan agar memiliki pengetahuan, ketrampilan dan kepakaran yang kiranya akan diberikan sebagai sumbangsih mereka kepada bangsa dan negara.

Hari Ibu bergeser maknanya menjadi "hari kasih sayang" suami dan anak-anak kepada isteri, mama/ibu. Pada mereka yang menyadari akan adanya hari ibu, keluarga itu akan membebaskan ibu/mama dari tanggung jawab domestik rumah tangga dalam durasi sehari saja. Ibu/mama tidak ke dapur, mencuci, menyapu, menyeteri, dan lain-lain urusan rumah tangga. Semoga demikian adanya.

***

Satu jemaat lokal di pedesaan / pedalaman Timor, dalam dua puluh tahun terakhir setiap tanggal 22 Desember, dipastikan ada perayaan/kebaktian Natal yang dikhususkan untuk kaum perempuan/ibu. Jemaat itu bernama GMIT Jemaat Pniel Tefneno' Koro'oto. Pada jemaat ini setiap tanggal 22 Desember selalu ada kebaktian Natal yang dipadukan dengan peringatan Hari Ibu. 

Pada kebaktian Natal dimaksud, para pemimpinnya dari kalangan perempuan/ibu. Mereka akan membagi habis tugas tata ibadah, kecuali pada bagian yang khusus yakni khotbah. Khotbah disampaikan oleh seorang pendeta. Bila pendeta itu seorang laki-laki, tentulah tidak dapat ditukarkan. haha...

Hari ini, Jumat (22 /12 / 23), Perayaan/Kebaktian Natal khusus untuk kaum perempuan/ibu tetap akan dilaksanakan di Jemaat lokal ini ketika pendeta yang akan memimpin khotbah justru sedang dalam situasi kedukaan. Orang tuanya meninggal dunia. Apakah tugas pemberitaan Firman Tuhan akan dihentikan? Tidak! Pemberitaan Firman Tuhan tetap akan dilangsungkan pada kebakatian Natal ini yang dipadukan dengan peringatan Hari Ibu.

Siapa yang akan memimpin? Tentu saja salah seorang dari para Presbiter (Penatua). Pemberitaan Firman Tuhan tidak terhalang oleh situasi dan suasana tertentu, termasuk peristiwa meninggalnya seseorng. Justru di dalam suasana yang demikian, Firman Tuhan menjadi api penghangat yang menghangatkan roh yang sedang lemah.

Kaum perempuan/ibu di kampung Koro'oto yang tidak menyadari akan peluang "bebas" dari tugas sehari, tetap dapat merasakan kehangatan yang diberikan oleh suami, anak-anak dan seluruh jemaat yang hadir dalam kebaktian/perayaan Natal terpadu tersebut. 

Selamat Hari Ibu...   🌹


sekuntum bunga untuk ibu
sekulum senyum untuk mama
biarlah ada senyum di sana
pada suami dan anak-anak pula*

*catatan akhir ini saya gunakan untuk menyampaikan selamat hari ibu kepada rekan-rekan guru perempuan

Umi Nii Baki-Koro'oto, 22 Desember 2023


 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun