Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Suka membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa. Menulis puisi sebisanya

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Desember Ini pada Kaum Peladang Desa

8 Desember 2023   09:20 Diperbarui: 8 Desember 2023   09:38 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masyarakat kota Kupang bersama Pemerintah Kota Kupang telah bersepakat untuk satu gerak budaya, Festival Sepe. Seperti apa festival sepe, mereka telah menyodorkannya kepada publik. Publik dapat berkunjung, menikmati produk-produk budaya dan kreasi yang membanggakan.

Desember kaum peladang di pedalaman Timor dan Nusa Tenggara Timur nyaris selalu dalam satu nada dan irama. Menari dengan pentas bebukitan dan lereng, beraksesori perlengkapan tanam, bermusik cucuran air langit dan gendang gemuruh menghentak kejut, akhirnya panggung itu memilih pencahayaan dari kilat bentang cakrawala. Luar biasa kaum peladang pedalaman Timor.

***

Senja berlalu, gelap gelagapan mengusap rayu permukaan mayapada hendak meninabobokan penghuninya. Saat itu mayapada melepasrelakan diri dalam pelukan malam beridentitas gelap. Tiada kegemerlapan kecuali desah nafas kaum ketika akan berbaring melepas kepenatan dan kenangan. Nyanyian jangkrik dan burung hantu terdengar. Lolongan anjing di kejauhan, sementara anjing betina muda meringis ketika melahirkan untuk pertama kalinya. Kucing peliharaan menanti dalam asa kecemasan manakala dalam imajinasinya malam mengetalasekan mangsanya.

burung hantu; foto: Dokpri Roni Bani
burung hantu; foto: Dokpri Roni Bani

Bentang langit diam membisu. Sangar. Gemintang gemetar saat hendak  mempertontonkan keindahan kerlap-kerlipnya. Gemawan bergelombang hendak mengarak diri saat mereka memarkir diri di garis awal menanti aba-aba sang penghembus.

Insan berakhlak mulia di desa memberi meterai kehidupan peladang berbelang kecil profesi-profesi lainnya. Seorang lelaki kekar duduk bertelanjang dada, menyeruput kopi yang diseduh air mendidih dari perapian bertungku tiga batu. Rokok plintingan yang khas dengan tembakau hasil racikan sendiri dan pembungkus dari daun lontar muda yang ditipislicinkan. Asap mengepul mengganggu lampu listrik berdaya rendah di teras rumah. Konteks rumahnya sederhana, berdinding pelepah gebang yang ditempelkan ke regel. Olah pikirnya menerawang menuju ladang dan ternak peliharaan yang jauh dari pemukiman.

Sang lelaki bertelanjang dada didampingi isterinya.  Sebentuk oko'mama' ~ tempat menaruh campuran mamahan: sirih-pinang-kapur-tembakau. Isterinya mengunyah mamahan, bibirnya terlihat memerah ketika ludah dilepas pisah dari dalam rongga mulutnya. Permukaan tanah sempit segera menghisap ludah berwarna itu menyisakan lukisan tanpa makna di sana. Bibir si ibu paruh baya ini terus menggoreng mamahan di dalam mulutnya. Wajahnya memerah bukan karena gombalan lelaki kekar di sampingnya. Ia bagai tak peduli pada lelaki bertelanjang dada itu. Sudah biasa baginya melihat ketelanjangan itu, di rumah, di ladang, di perjalanan, hingga di pembaringan. 

Anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah menuju ruang tengah. Lampu listrik berdaya rendah dimanfaatkan untuk belajar. Berhemat, tiada lampur khusus yang disediakan lelaki peladang itu untuk anak-anaknya. Meja belajar dengan lampu khusus. Akh... tidak perlu. Biarkan anak-anak memanfaatkan meja di ruang tengah ini saja. Penghasilan selalu kurang untuk memenuhi kebutuhan, maka sering kepala desa memanggil untuk menerima bantuan pemerintah. Program Keluarga Harapan (PKH) 

Keluarga harapan seperti apa? 

Seorang lelaki kurus ikut mendapatkan undangan untuk mengambil bantuan  PKH. Ia duduk di dalam rumahnya memandang botol plastik berisi cairan bermuatan alkohol dalam kadar prosentase tak menentu. Gelas di hadapannya berisi seperdelapan bagian. Ia menyapa malam dengan isi botol itu. Sahabat terbaiknya duduk di sampingnya sebagai sesama penerima bantuan PKH . Keduanya menikmati alunan suara burung hantu sambil menenggak minuman yang diselingi ikan sardin yang dikeringkan dan disangrai seadanya. Sedap? Celoteh mereka bermateri ladang dan ternak; kondisi kampung yang berubah wajah akan menggeser nilai kehidupan bersama, segala hal pemanjaan akan segera tercukupkan ketika kampanye kaum pengasong ide praksis mendaki ke kursi-kursi kehormatan dan kemuliaan. Isteri lelaki kurus sesekali menyela percakapan mereka, sambil mengingatkan untuk beristirahat berhubung hari besok ladang menanti sentuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun